Senin, 15 Desember 2025

Satu Data, Pemerintah Tata Ulang Bantuan Sosial

editor - Rabu, 04 Juni 2025 09:12 WIB
Satu Data, Pemerintah Tata Ulang Bantuan Sosial
JELAJAHNEWS.ID - Di balik setiap bantuan beras yang sampai ke tangan masyarakat, ada harapan yang diperjuangkan. Harapan agar bantuan benar-benar diterima oleh mereka yang paling membutuhkan. Demi itulah, pemerintah kini mengambil langkah besar, menyatukan seluruh data bantuan dalam satu sistem nasional yang akurat dan terpercaya.

Langkah itu tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2025 tentang Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional. Bukan sekadar kebijakan administratif, Inpres ini adalah fondasi dari perubahan sistemik yang digerakkan oleh keinginan untuk lebih adil.


“Data tunggal ini menjadi pedoman wajib bagi semua pihak yang ingin menyalurkan bantuan pemerintah,” kata Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, Senin (2/6/2025), usai rapat terbatas di Istana Merdeka.


Selama ini, bantuan sosial sering kali tak tepat sasaran. Berdasarkan evaluasi Kementerian Sosial, program seperti Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (sembako) memiliki ketidaktepatan sasaran hingga 45%.


"Artinya, jutaan keluarga yang hidup dalam kesulitan tak kunjung terjamah bantuan, sementara mereka yang tak seharusnya justru menerima," ujarnya.


Saat uji coba data tunggal dilakukan pada triwulan kedua 2025, terungkap lebih dari 1,9 juta penerima yang tak lagi memenuhi syarat, dan sejumlah besar keluarga miskin masih tertinggal dari daftar penerima.


“Ini menunjukkan bahwa sistem lama memang perlu dibenahi. Kita ingin agar bantuan tak lagi salah alamat,” tutur Syaifullah.


Namun perbaikan data hanyalah satu bagian dari komitmen. Pemerintah juga menggulirkan tambahan bantuan nyata-beras 10 kilogram per bulan untuk dua bulan, menyasar 18,3 juta keluarga penerima manfaat. Nilai total bantuan ini mencapai lebih dari Rp11 triliun, dengan prioritas utama pada keluarga yang masuk kategori miskin ekstrem.


“Presiden ingin agar perhatian negara benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan. Bukan sekadar jumlah bantuan, tapi juga siapa yang menerima dan bagaimana dampaknya,” kata Syaifullah.


Di balik inisiatif ini, ada semangat untuk menghadirkan negara yang lebih peduli dan berpihak. Sebab bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan, bantuan bukan sekadar bantuan. Ia adalah simbol bahwa mereka tidak dilupakan.


Dan dengan satu data yang terintegrasi, harapan itu kini mulai menyala lebih terang.(jn/**)

Editor
: editor
Sumber
:
SHARE:
 
Tags
 
Komentar
 
Berita Terbaru