JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah (Ijeck) mendukung upaya pengarsipan film Sumut oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI).
Apalagi menurutnya, sejarah perfilman Sumut merupakan sejarah yang besar dan panjang, sehingga upaya pengarsipan perlu dan penting dilakukan. Hal tersebut disampaikannya usai menerima audiensi Direktur Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra di Rumah Dinas Wagubsu, Senin (9/11/2020).
“Sumut punya sejarah perfilman yang panjang, termasuk punya banyak biskop dan film dari sini,” kata Ijeck.
Arsip perfilman seperti pita film atau naskah film yang dibuat di Sumut ini, menurutnya, perlu didata dan didokumentasikan. Sehingga seluruh masyarakat mengetahui sejarah perfilman yang sangat panjang dan besar di Sumut.
Untuk itu, ia juga mengimbau masyarakat yang memiliki dokumentasi film seperti pita film (seluloid) atau skrip untuk menghubungi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut, agar didata dan diarsipkan.
“Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat yang ada di Sumut, bagi yang menyimpan atau memiliki dokumentasi perfilman atau skrip film di masa lalu, itu tolong hubungi kami (Pemprov) melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut,” katanya.
Ijeck juga mengatakan, Pemprovsu memiliki aset berupa gedung bekas Bioskop Rex di Jalan MT Haryono Medan. Bekas gedung bioskop yang mulai berdiri tahun 1918 tersebut perlu diketahui oleh masyarakat lintas generasi, sebagai pertanda bahwa perfilman Sumut pernah berjaya pada masanya. Mengenai museum, ia mengatakan bahwa Pemprovsu sedang merenovasi Museum Negeri di Jalan HM Joni Medan.
“Penting museum ini. Jadi kemana pun orang datang pasti mencari museum. Museum ini harus bisa bercerita bagaimana budaya yang ada, selain tempat wisata, bisa tempat edukasi anak-anak kita juga,” ucapnya.
Direktur PMMB Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra mengatakan pihaknya saat ini melakukan pemetaan dan pengarsipan terutama tentang film. Dokumentasi adalah upaya pemajuan kebudayaan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Oleh sebab itu arsip sangat penting. Sumut adalah daerah pertama yang didatangi oleh Direktorat PMMB. Menurutnya, Sumut merupakan daerah di luar Jakarta yang memiliki sejarah luar biasa mengenai perfilman.
“Untuk itu kita memburu (arsip film) pertama ke Sumut. Jadi kami harap arsip itu yang ingin kita lihat, didata sebagai arsip nasional karena punya sejarah penting di Sumut terutama film seluloid,” ujar Mahendra.
Mahendra juga mengatakan, bioskop yang pertama kali berdiri di Sumut adalah Bioskop De Oranje pada tahun 1889. Bioskop ini berdiri 4 tahun setelah setelah pemutaran film pertama di dunia dilakukan di Prancis pada tahun 1895 oleh Lumiere bersaudara. De Oranje adalah awal mula sejarah perfilman Sumut dimulai. Setelah De Oranje berdiri, bioskop lain bermunculan, misalnya Rex bioskop yang gedungnya masih berdiri di Jalan MT Haryono
“Ini pentingnya mengembalikan cerita kekuatan budaya yang ada di daerah tersebut, maka itu penting. Kalau masyarakat memiliki arsip film sangat penting sekali untuk disampaikan,” ungkap Mahendra.
Ketua Umum Yayasan Sinema Manuproject Productions Indonesia, Manu Ginting mengatakan, Sumut memiliki sejarah perfilman yang besar. Sumut sempat memilliki ratusan bioskop pada masanya. Juga sempat memiliki banyak perusahaan atau studio yang memproduksi film.
Salah satunya film ‘Setulus Hatimu’ yang mengantarkan Tanty Yosepha berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran wanita terbaik tahun 1973. Menurutnya, saat itu pemerintah daerah berperan untuk kemajuan film. Marah Halim, Gubernur Sumut saat itu, pernah mendorong terbangunnya Studio Film Sunggal. (IP)