JELAJAHNEWS.ID, SIMALUNGUN – Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah (Ijeck) mengunjungi Taman Wisata Kera Sibaganding di Simalungun, beberapa waktu lalu.
Selain untuk melihat potensi wisata di daerah ini, Wagubsu juga ingin melihat langsung kondisi terkini di lapangan salah satu objek wisata yang akhir-akhir ini sudah jarang dikunjungi wisatawan. Dirinya pun takjub melihat kawasan wisata kera yang berada di hutan lindung Sumut ini.
“Saya sangat takjub dengan kondisi alam kita ini. Biasanya kan Siamang ini liar berada di alam bebas, tapi disini, tadi kita menunggu sekitar 20 menit setelah ditiup tanduk kerbau khas milik Abdurrahman akhirnya Siamang hadir di depan kita dan juga tadi ada beruk,” ungkap Ijeck.
Ijeck berharap Taman Wisata Kera Sibaganding ini bisa dikembangkan lagi sehingga dapat menarik banyak pengunjung. Untuk itu, akan ada bantuan yang diberikan guna menunjang logistik pangan dan infrastruktur lainnya di kawasan wisata ini.
“Kita harusnya lebih memberikan perhatian lagi, karena ini adalah salah satu objek wisata dan keterbatasanya adalah pakan yang tersedia untuk kera-kera ini. Nanti kita akan lihat bagaimana peran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara bersama Kementerian Kehutanan yang ada di sini untuk bisa memberikan bantuan nantinya,” ujarnya.
Ijeck juga mengapresiasi Abdurrahman pengelola kawasan wisata kera di Sibaganding. Abdurrahman merupakan anak dari almarhum Umar Manik yang membuka kawasan wisata kera tersebut.
“Ini luar biasa Pak Abdurrahman. Sangat serius mengelola dan memelihara kera-kera dan juga siamang yang berada di kawasan ini. Ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di kawasan Geopark Kaldera Toba. Para wisatawan juga bisa singgah sebentar untuk melihat kawasan wisata kera ini sebelum tiba di Parapat,” tambah Ijeck.
Abdurrahman Manik, pengelola kawasan tersebut mengatakan, dahulu di tahun 2000-an Taman Wisata Kera setiap bulannya ramai dikunjungi orang. Masyarakat menjadikan Taman Wisata Kera sebagai destinasi wisata lain sebelum ke Kota Wisata Parapat. Hal inilah yang menarik perhatian Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk ikut serta mengelola kawasan tersebut.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Taman Wisata Kera ini mulai terabaikan dan kurang mendapat perawatan. Salah satu penyebabnya karena semakin minimnya masyarakat yang berkunjung. Imbasnya, kera-kera yang selama ini dimanjakan dengan makanan yang diberikan oleh pengunjung harus kehilangan makanannya.
“Makanya kita lihat sekarang ini banyak kera-kera yang turun ke jalan-jalan mencari makanan. Bahkan ada di antara mereka yang mati tertabrak. Kita kasihan, tapi juga tak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya biaya untuk makanan mereka. Terkadang saya sama mamak harus kumpuli pisang atau roti-roti bekas dari pajak untuk kasih makan mereka,” ujar Abdurahman.
Padahal, lanjut Abdurrahman, setelah menggantikan peran ayahnya, Umar Manik yang mulai sakit-sakitan pada 2011, ia sangat berkeinginan untuk serius mengelola Taman Wisata Kera ini. Apalagi Taman Wisata Kera Sibaganding masuk kedalam Geo Area Porsea Geopark Kaldera Toba.
Abdurrahman sudah melekat betul dengan kawasan itu. Sewaktu Abdurrahman habis meniup tanduk kerbau, kera-kera pun satu-satu bermunculan. Ada yang datang dari pepohonan dan ada juga yang lewat jalanan semen yang kondisinya mulai terselimuti lumut.
Diantara mereka tampak seekor yang bertubuh besar dan bertaring tajam. Bawaannya tenang dan mata tajam lebar, memandang daerah sekitarnya. Sedangkan kawanan lainya tampak lebih agresif mendekati para pengunjung yang memegang bungkusan kacang tanah.
Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Ali Imron mengatakan kawasan wisata kera ini lebih dulu ada ketimbang wisata trekking, camping dan penangkaran gajah Aek Nauli.
Menurut Imron, kera-kera tidak seharusnya berada di pinggir jalan menuju Parapat. Kera selayaknya berada di hutan. Untuk itu, taman kera diharapkan dapat menjadi tempat kembali kera-kera yang berada di pinggir jalan itu.
“Harapannya, kera dan monyet di pinggir jalan itu kembali ke hutan,” kata Imron. (IP)