JELAJAHNEWS.ID,MEDAN – Mendukung perjuangan para tenaga kesehatan dan tidak ingin ada lagi yang gugur akibat menangani pasien Covid-19, Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengharapkan pihak rumah sakit (RS) swasta yang melayani pasien Covid-19 segera melakukan koordinasi dengan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut.
Hal itu disampaikan Gubernur Edy Rahmayadi saat memimpin rapat evaluasi GTPP Covid-19 Sumut, Jumat (4/9), di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan.
“Kita akan lakukan koordinasi dengan rumah sakit swasta, karena saat ini banyak rumah sakit swasta yang membuka diri melakukan perawatan untuk pasien yang terpapar Covid-19. Kita hanya bisa lakukan koordinasi terkait pengamanan tenaga medis, sebab kita tidak dapat membantu secara finansial pihak rumah sakit yang tenaga medisnya terpapar di sana,” ujarnya.
Menurut Gubernur, dengan adanya koordinasi yang baik antara RS swasta dan GTPP Covid-19 Sumut, diharapkan penanganan terhadap para tenaga medis yang terpapar Covid-19 dapat dilakukan dengan segera. Sehingga tidak sampai timbul korban lebih banyak lagi. “Kalau lah ini tidak segera kita kendalikan, kita bisa kehabisan dokter, karena dokter kita berguguran. Untuk itu saya mau benar-benar menjaga dokter kita ini,” ungkapnya.
Menurut Edy, seharusnya rumah sakit swasta yang tidak menjadi rujukan pasien Covid-19 bisa memberikan bantuan dan dukunganya kepada rumah sakit yang menjadi rujukan. “Tapi belakangan rumah sakit umum lainya malah membuka diri untuk menangani pasien Covid-19,” terangnya.
Dikatakannya, Tim GTPP Covid-19 Sumut tidak mengetahui bagaimana kondisi rumah sakit swasta yang bukan menjadi rujukan, serta proses sirkulasi udaranya. “Harus kita cek, apakah di rumah sakit di luar binaan kita menggunakan AC central apa tidak? Karena khusus untuk pasien Covid-19 AC-nya harus tersendiri,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, koordinasi antara pihak RS swasta dengan GTPP Covid-19 Sumut merupakan wujud kehadiran negara dalam memberantas wabah. “Koordinasi itu penting. Ini pasti ada yang salah, makanya bisa tinggi angka kematian tenaga kesehatan kita. Untuk itu kita sudah membentuk tim guna melakukan pengawasan, apakah pihak rumah sakit sudah melakukan SOP sesuai standart yang kita tetapkan,” tambahnya.
Alwi menjelaskan, beberapa penyebab yang disinyalir menjadi penyebab para tenaga kesehatan di Sumut terserang Covid-19, antara lain karena ketidakdisiplinan dari tenaga kesehatan. Kemudian SOP yang berlaku di rumah sakit, serta penerapan SOP tersebut apakah sudah dijalankan dengan baik atau tidak.
Sementara itu, terkait cukup tingginya tenaga kesehatan yang meninggal di Sumut, Staf Khusus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Brigjen TNI (Purn) Alexander Kaliaga Ginting Suka mengatakan, sebaiknya Sumut menerapkan apa yang sudah dilakukan oleh Jepang yaitu Satu Dokter untuk Satu Rumah Sakit.
“Jepang itu bisa menjadi role mode untuk kita. Kita harus banyak belajar dengan Jepang. Disana kasus sembuh tinggi dan juga kasus kematianya rendah, sebab ada disiplin di sana. Mereka menerapka sistem satu dokter untuk rumah sakit. Sedangkan di sini satu dokter bisa menangani beberapa rumah sakit. Dalam satu hari dokter bisa melakukan kunjungan ke beberapa rumah sakit, itu kan berisiko,” tambahnya.
Alexander juga mengatakan, kerja sama pengembangan vaksin Covid-19 antara PT Bio Farma dan Sinovac Tiongkok saat ini telah memasuki uji klinis fase 3. “Uji klinis dilaksanakn di Pusat Uji Klinis FK UNPAD, dengan sample sebanyak 1.620 subyek. Uji klinis tahap 3 vaksin Covid-19 dijadwalkan akan berjalan selama enam bulan, sehingga akan selesai pada bulan Januari 2021,” ujarnya. (IP)