JELAJAHNESW.ID, MEDAN – Limbah sampah rumah tangga yang selama ini meresahkan masyarakat, ternyata bisa disulap menjadi barang yang bernilai ekonomi. Antara lain dengan mengolah limbah organik menjadi arang briket dan eco enzyme (cairan hasil fermentasi sampah organik) untuk mendukung industri pangan dan energi.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu), R. Sabrina usai membuka dan mengikuti seminar nasional secara virtual yang diselenggarakan Forum Alumni HMI-Wati (Forhati) Wilayah Sumut, di Rumah Dinas Sekdaprov Sumut Jalan Mongonsidi Medan, Sabtu (26/9/2020).
“Teknologi briket dan eco enzyme adalah salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah, terutama sampah organik yang potensinya sangat besar, 60% sampah di Sumut adalah sampah organik yang harusnya dapat dimanfaatkan menjadi lebih bernilai atau lebih dikenal dengan konsep circular economy,” ujarnya.
Sabrina juga menjelaskan, ada dua langkah dalam melakukan pengelolaan persampahan yang saling berkaitan, yaitu pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukan melalui pembatasan timbulan sampah, pemanfaatan kembali sampah rumah tangga dan melakukan pendauran ulang sampah rumah tangga. Untuk melakukan pengelolaan sampah, Pemprovsu melibatkan stakeholder, peneliti, dan akademisi.
“Kebijakan dan strategi Pemprov Sumut dalam pengelolaan sampah tertuang dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2020, mengamanatkan target pengurangan sampah sebesar 22% di tahun 2020,” terangnya.
Sebelumnya, Ketua Forhati Sumut, Paranita Sagala mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan karena melihat bahwa saat ini yang paling terdampak pandemi Covid-19 adalah para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Forhati ini adalah organisasi yang beranggotakan perempuan, di Sumut kita ada di 16 kabupaten/kota. Kami fokus pada pemberdayaan perempuan. Saat ini, kita melihat dampak dari pandemi amat terasa bagi pengusaha kecil dan menengah. Untuk itu kita pikirkan apa yang bisa dilakukan dari rumah dan ternyata kita bisa olah sampah menjadi bernilai ekonomi,” ujarnya.
Karena ini berkaitan dengan lingkungan hidup, Paranita pun berharap setelah acara tersebut selesai akan banyak anggota yang mulai melakukan pengelolaan sampah dengan metode eco-enzyme. “Semoga banyak dari kita yang setelah acara ini dapat mencoba manfaatnya. Karena tidak hanya baik untuk lingkungan, tapi juga baik untuk ekonomi, dimana sampah yang selama ini kita buang ternyata masih bisa dimanfaatkan kembali,” harapnya. (IP)