JAKARTA – Hanya dalam waktu enam bulan, hampir 8 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi Covid-19. Dari angka itu, sektar 430.000 orang meninggal dunia. Orang yang paling rentan terinfeksi virus corona adalah mereka dengan penyakit kronis, seperti diabetes, serta penyakit yang memengaruhi organ jantung serta paru-paru.
Menurut sebuah studi terbaru, ada sekitar 1,7 miliar orang di seluruh dunia termasuk dalam kategori tersebut. Perkiraan tersebut memberi pengecualian pada orang berusia lanjut yang tergolong sehat atau tanpa penyakit kronis. Studi yang dimuat dalam The Lancet Global Health itu juga tidak memperhitungkan faktor-faktor risiko seperti kemiskinan dan obesitas, yang dapat memengaruhi risiko seseorang terhadap penyakit dan akses kesehatan.
Namun, data ini dianggap dapat membantu tenaga kesehatan fokus pada kelompok yang paling rentan terhadap efek paling berbahaya Covid-19 dan memberi mereka prioritas untuk vaksinasi. Demikian kata penulis studi pertama, Andrew Clark dari London School of Hygiene and Tropical Medicine. “Sejak awal pandemi, para peneliti telah mengetahui kondisi penyakit kronis dapat memperburuk penyakit. Sekarang ada pemahaman lebih baik tentang jumlahnya,” kata Dr. Clark, dilansir dari kompas.com
Ia dan timnya menyusun 11 kategori kondisi bawaan yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 (penyakit simptomatik yang harus ditangani dengan rawat inap) menggunakan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan di Amerika Serikat dan Inggris. Kategori ini termasuk pasien yang secara teratur mengonsumsi obat imunosupresif, seperti mereka yang mengalami gangguan autoimun atau sedang menjalani kemoterapi.
Tidak semua kondisi yang terkait Covid-19 telah dipelajari dengan baik, kata Dr. Lona Mody, ahli epidemiologi di University of Michigan yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Misalnya, hanya sedikit informasi mengenai risiko pada orang dengan penyakit HIV yang tercantum dalam penelitian ini sebagai faktor yang berpotensi memperparah infeksi Covid-19. Nina Schwalbe, peneliti kesehatan masyarakat di Columbia University menegaskan, tingkat keparahan pasien Covid-19 tergantung pada sejumlah faktor terkait kesehatan.
Survei epidemiologi Dalam studi ini para peneliti mengumpulkan data dari Global Burden of Disease Study, survei epidemiologi global komprehensif yang diperbarui pada 2017. Tujuan peneliti adalah mengidentifikasi jumlah individu di seluruh dunia yang memiliki sedikitnya satu dari kondisi berisiko tinggi ini.
Hampir 200 negara dicantumkan dalam penghitungan akhir, dengan beberapa negara di Eropa terkena dampak lebih besar dibandingkan negara lain. Ditemukan, lebih dari seperlima populasi dunia berisiko tinggi terkena penyakit yang lebih parah. Namun penambahan risiko tidak setara dengan “risiko tinggi” yang merujuk pada sebagian kecil pasien. “Bahkan jika mereka terinfeksi virus corona, tidak semua orang dengan kondisi itu akan berada di rumah sakit,” kata Clark.
Studi ini juga memperkirakan, sekitar 4 persen dari populasi dunia (349 juta orang) akan memerlukan rawat inap jika mereka terinfeksi.
Jumlah itu termasuk pasien tanpa kondisi medis bawaan seperti orang berusia lanjut yang sehat. Risiko rawat inap juga meningkat seiring bertambahnya usia. Banyak faktor lain yang membuat pasien terkena penyakit parah masih belum jelas. Kondisi bawaan yang memperparah Covid-19 di satu negara tidak sama di negara lain.
“Lingkungan dan kebiasaan sosial masyarakat juga menjadi faktor dalam kesehatan”, kata Aditya Khanna, ahli epidemiologi di University of Chicago yang tidak terlibat penelitian ini. Namun, penelitian itu disambut sebagai langkah menuju arah yang benar. “Penelitian ini menggerakkan kita melewati pendekatan satu ukuran untuk semuanya,” kata Schwalbe. “Semakin akurat kita dapat mengetahui siapa yang berisiko dirawat di rumah sakit, semakin baik kita dapat bekerja dan menyesuaikan respon kita dengan tepat.”(*)