JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Guna meningkatkan rasa solidaritas bersama dalam mencegah penyebaran virus covid-19, Satgas Nasional Penangan Covid-19 pun saat ini tengah merancang program baru, yakni program Padat Karya.
“Kami sekarang sedang merancang program, untuk program yang namanya Padat Karya daerah-daerah yang memiliki resiko tinngi. Dimana Satgas bekerjasama dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan dibantu oleh unsur TNI/Polri untuk memilih sekitar 50 – 100 warga dari kelurahan atau desa,” sebut Kepala Satgas Nasional Penangan Covid-19, Doni Monardo dalam diskusi online via zoom meet dengan tema ‘Stigmasi Terhadap Penderita Covid-19 dan Tenaga Medis’, Jumat (23/10/2020).
Ia pun menjelaskan, bahwa setiap masyatakat yang tergabung dalam Satgas Padat Karya tersebut nantinya akan bertugas untuk mengingatkan, menyampaikan pesan, dan mengajak warga lainnya agar patuh kepada protokol kesehatan. Tentunya, katanya lagi, mereka juga akan diberi insentif sebesar Rp.1 juta.
“Jika ada yang dilihat tidak patuh terhadap protokol kesehatan, mereka sampaikan. Dan kelompok (Satgas Padat Karya) ini, tidak boleh marah-marah, tidak boleh memberikan sanksi, hanya menghimbau. Dan 60% dari mereka yang tergabung dalam satgas ini adalah ibu-ibu,” ungkap Doni.
Oleh karenanya, ia pun memberi apresiasi kepada kalangan ibu-ibu yang ada di Desa dan Kelurahan. Sebab menurutnya, mereka (ibu-ibu) ini lebih dihargai daripada Satgas yang berasal dari kalangan Satpol PP ataupun unsur lainnya.
Doni juga menceritakan, saat Satgas Padat Karya tersebut menyampaikan pesan, dan pesannya tidak ditaati oleh yang lain, mereka pun hanya mengingatkan bahwa orang tersebut nantinya akan jadi penghuni makam khusus covid.
“Nah hal ini luar biasa. Kita liat, Jakarta pun mengalami penurunan walaupun ini belum begitu optimal karena baru di mulai beberapa minggu,” ungkapnya.
“Tetapi jika ini bisa kita lakukan di banyak tempat agar seluruh masyarakat patuh, maka saya yakin masalah-masalah yang berhubungan dengan pelanggaran, cepat atau lambat akan berkurang. Karena yang menulari kita itukan bukan orang lain, tetapi orang terdekat kita,” tambah Doni menjelaskan.
Untuk itu, Doni pun mengatakab bahwa desa tangguh ini tidak cukup hanya desa tangguh menghadapi bencana alam saja, tetapi juga tangguh dalam menghadapi bencana non alam yakni pandemi. (IP)