JAKARTA – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp.14.680 per dolar AS pada Selasa (11/8/2020) sore. Posisi tersebut melemah 0,22% dibandingkan perdagangan Senin (10/8/2020) sore di level Rp.14.647 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp.14.728 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi kemarin yakni Rp.14.750 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia pada Selasa (11/8/2020) sore, terpantau bergerak variatif terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,12%, peso Filipina menguat 0,17%, rupee India menguat 0,16%, yuan China menguat 0,17%, dan baht Thailand menguat 0,10%. Sebaliknya, yen Jepang melemah 0,15%, ringgit Malaysia melemah 0,02%, dan dolar Taiwan melemah 0,07%.
Lebih lanjut, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,07%, dan dolar Australia melemah 0,25%. Sedangkan dolar Kanada menguat 0,29%, dan franc Swiss menguat 0,12%.
Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah ini merupakan anomali. Pasalnya, hari ini sentimen positif kembali masuk ke aset berisiko. Itu terlihat dari indeks saham Asia yang menguat pada Selasa (11/8/2020) pagi. Disamping itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat tenor 10 tahun juga terlihat kembali menguat dan harga emas terkoreksi cukup dalam.
“Mungkin pasar membaca potensi resesi kuartal III 2020 dan ini yang menjadi penghalang pergerakan rupiah. Terlebih banyak data data berita soal anggaran pemerintah yang belum tersalurkan, padahal anggaran dibutuhkan untuk menggerakkan perekonomian,” ucap Ariston.
Meski demikian, ia meyakini rupiah akan kembali menguat dalam perdagangan. Sebab, pasar masih merespon positif sinyal pemulihan ekonomi yang terjadi di China dan juga Amerika Serikat.
“Sentimen lainnya yang akan mempengaruhi adalah prospek stimulus paket dua AS yang masih dalam tahap pembahasan,” pungkasnya. (cni)