JELAJAHNEWS.ID, JAKARTA – Mining Industry Indonesia (MIND ID), holding BUMN tambang, mencatat realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan pelat merah mencapai Rp.12,9 triliun dari 2015 sampai Agustus 2020.
Penggunaan capex tetap berjalan pada tahun ini, meski tertekan pandemi virus corona atau covid-19. Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak merinci capex induk holding tambang termasuk Inalum sebesar Rp.1,07 triliun dari 2015 sampai Agustus 2020. Sementara, capex Antam mencapai Rp.6,1 triliun. Lalu, capex Bukit Asam Rp5,5 triliun dan Timah Rp210 miliar pada periode yang sama. Proyeksinya, capex keempat perusahaan akan meningkat jadi Rp37 triliun pada 2022.
“Capex kami tetap jalan, meski memang eksekusi secara fisik itu agak terganggu karena beberapa proyek tidak ada tenaga kerjanya, misalnya khusus yang dari China dan proyeknya Proyek Strategis Nasional,” tutur Orias saat rapat bersama Komisi VI DPR, belum lama ini.
Dijelaskannya bahwa capex digunakan masing-masing perusahaan pelat merah untuk proyek utama mereka. Proyek utama di Inalum, yakni peningkatan teknologi tungku reduksi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara dengan nilai investasi US$126 juta atau setara Rp.1,87 triliun (kurs Rp.14.850 per dolar AS) selama dua tahun.
Proyek utama Antam, yaitu pembangunan pabrik peleburan ferronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur dengan investasi Rp.4,03 triliun selama setahun ke depan. Sementara, proyek utama Bukit Asam, yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang di Muara Enim, Sumatera Selatan dengan investasi US$.1,68 miliar atau Rp.24,94 triliun sampai 2022.
Selanjutnya, proyek utama Timah adalah pembangunan smelter tin ausmelt di Muntok, Bangka Barat dengan investasi US$.80 juta atau Rp.1,18 triliun sampai 2021. Sedangkan PT Freeport Indonesia, yang sebagian sahamnya dimiliki Inalum memiliki proyek utama smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, dengan investasi US$.3 miliar atau Rp.44,55 triliun sampai 2023.
Dari belanja modal tersebut, realisasi laba/rugi sementara per Juni 2020 masih mencatat keuntungan. Inalum tercatat masih mengantongi laba Rp.103 miliar dari Januari-Juni 2020. Namun, keuntungan yang didapat tak sampai separuh dari Januari-Juni 2019 sebesar Rp.257 miliar. Total aset perusahaan berada di kisaran Rp.31,55 triliun dengan ekuitas Rp.29,75 triliun dan liabilitas atau utang Rp.1,8 triliun. Utang terdiri dari jangka pendek Rp.1,21 triliun dan jangka panjang Rp.585 miliar.
Lalu, Antam juga masih membukukan laba sebesar Rp.85 miliar per Juni 2020. Namun, sama halnya dengan Inalum, jumlahnya turun dibandingkan tahun lalu mencapai Rp.428 miliar. Total aset Antam mencapai Rp.30,03 triliun dengan ekuitas Rp.18,1 triliun dan utang Rp.11,93 triliun. Utang jangka pendek Rp.4,45 triliun dan jangka panjang Rp.7,47 triliun.
Kemudian, Timah mencatat rugi Rp.390 miliar atau berbanding terbalik dari tahun lalu yang masih mengantongi laba Rp.205 miliar. Total aset Rp.18,39 triliun dengan ekuitas Rp.4,81 triliun dan utang Rp.13,58 triliun. Terdiri dari utang jangka pendek Rp.9,91 triliun dan jangka panjang Rp.3,66 triliun. Sementara Bukit Asam belum menyelesaikan laporan keuangan mereka per Juni 2020. Disisi lain, Freeport mencatatkan laba US$.94 juta atau setara Rp.1,39 triliun per Juni 2020. (cni)