JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Menurut Kepala Perwakilan BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, pandemi Covid-19 memukul ekonomi seluruh negara, terkonfirmasi oleh PDB di hampir seluruh negara yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2020.
Namun prospek ekonomi global tidak serendah perkiraan awal didorong perbaikan prospek di negara maju. Hal tersebut terkait dengan respon kebijakan moneter dan fiskal yang cepat dan besar diiringi oleh penanganan Covid-19 yang baik.
“Disatu sisi, prospek di negara berkembang diprediksi memburuk dimana penyebaran Covid-19 meningkat dengan cepat. Adapun prospek pemulihan ekonomi diprediksi akan lebih menantang dan diliputi ketidakpastian yang tinggi,” katanya dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tentang review inflasi Sumut di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Rabu (21/10/2020).
Untuk Sumut, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2020 tercatat -2,37% (yoy), terkontraksi untuk pertama kalinya sejak krisis 1998. Meski demikian, dibandingkan dengan nasional dan daerah lain, pertumbuhan Sumut masih lebih baik dari beberapa daerah lain di Sumatera.
Kontraksi dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik seiring dengan pembatasan sosial untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulan III 2020, Konsumsi Rumah Tangga (RT) mulai pulih ditopang oleh perbaikan pendapatan sejalan dengan kembali bekerjanya tenaga kerja terdampak.
Pada masa adaptasi kebiasaan baru, beberapa perusahaan kembali beroperasi, terutama pada sektor perhotelan. Perbaikan konsumsi RT juga turut ditopang oleh pencairan insentif dari program kartu pra kerja.
“Perbaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2020 terindikasi juga oleh beberapa indikator dari global mobility report, produksi dan konsumsi rokok, penggunaan jalan tol, konsumsi listrik dan penghasilan saat ini,” katanya.
Mengenai realisasi belanja APBD hingga Agustus di Sumut, dijelaskan Wiwiek masih belum optimal. Realisasi belanja Pemda di Sumut per Agustus 2020 masih terbilang cukup rendah. Tercatat hanya pemerintah provinsi yang sudah melakukan penyerapan anggaran di atas 60% dan hanya 4 kabupaten/kota yang telah realisasi di atas 50%.
Kendala utama penyerapan APBD diantaranya adalah proses realokasi anggaran yang masih berlangsung pada pertengahan tahun sehingga proses belanja menjadi terhambat. Untuk ekspor Sumut membaik pada periode Juli – Agustus 2020, ekspor tercatat USD 1,4 miliar lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Perbaikan ini didorong oleh kenaikan harga jual komoditas utama (CPO dan Karet) di pasar internasional. Sementara itu, pertumbuhan volume ekspor menurun mengindikasikan permintaan dunia yang belum membaik.
“Dengan demikian, pada periode Juli – Agustus 2020, Sumut mengalami net eskpor USD 0,8 miliar atau tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya. Apabila dilihat secara kumulatif hingga Agustus 2020, net ekspor juga meningkat 11,72% (yoy),” katanya.
Terkait hal tersebut, mengenai pemulihan ekonomi di masa pendemi Covid-19, Gubsu, Edy Rahmayadi juga meminta para kepala dearah untuk melakukan sosialisasi pada UMKM yang ada diderah, agar memanfaatkan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk UMKM. Menurutnya, sampai saat ini di Sumut hanya 340 ribu UMKM yang memanfaatkan bantuan ini, padahal untuk Sumut sudah disiapkan alokasi 2,4 juta UMKM.
“Kita sudah disiapkan 2,4 juta UMKM oleh Pemerintah Pusat. Contoh Jabar yang sudah 2,5 juta UMKM yang menerima dan memanfaatkan bantuan itu. Saya iri dengan provinsi lain yang begitu antusias memanfaatkan bantuan ini untuk pemulihan ekonomi di daerahanya,” katanya.
Mengenai pangan, Edy juga meminta bantuan pada seluruh unsur terkait dalam menjaga ketahanan pangan di daerah. Kabupaten/Kota pun dimintanya untuk memanfaatkan potensi pertanian daerah dalam menjaga inflasi di Sumut. (IP)