JELAJAHNEWS.ID – Berdasarkan Gini Ratio tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran penduduk Kota Padang Sidempuan tahun 2021 menurun ke angka 0,3101.
Angka ini turun 0,0437 poin dibanding tahun 2020 yang sebesar 0,3538, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Gini Ratio adalah indikator untuk melihat tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran penduduk satu wilayah secara menyeluruh. Adapun nilai Gini Ratio berkisar antara 0 hingga 1.
Nilai 0 menunjukkan pemerataan sempurna, karena pendapatan/pengeluaran setiap orang relatif sama. Sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan sempurna, karena satu orang memiliki segalanya sementara orang-orang lainnya tidak memiliki apa-apa.
Berdasarkan update terakhir laman web Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara yang dilihat pada Senin (29/8/2022), Kota Padang Sidempuan mengalami penurunan angka Gini Ratio yang cukup baik. Dari 0,3538 di tahun 2020 menjadi 0,3101 di tahun 2021.
Jika dilakukan perankingan untuk capaian Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara, kota yang dipimpin Wali Kota Irsan Efendi Nasution ini berada di ranking lima (5) terbaik. Jauh melejit dibanding tahun 2020 yang saat itu berada di posisi paling terakhir, 33 dari 33.
Menyempitnya jarak ketimpangan ini, tidak terlepas dari upaya dan dukungan berkesinambungan Pemko Padang Sidempuan terhadap pengembangan usaha rakyatnya. Terutama dukungan terhadap usaha di sektor pertanian dan UMKM yang sampai sekarang masih terus berjalan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas Utara. Ranking kedua Kabupaten bertetangga ini justru melorot tajam karena mengalami pertambahan poin dari 2020 ke 2021.
Tahun 2020, tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran penduduk Tapsel 0,2022 atau turun 0,0445 poin dari tahun 2019 yang sebesar 0,2467. Capaian ini menempatkan Tapsel di ranking 2 dari 33 Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.
Sayangnya, tahun 2021, tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran penduduk Tapsel naik menjadi 0,2564 atau bertambah 0,0542 dibanding tahun 2020. Kondisi ini membuat Tapsel anjlok dari ranking 2 menjadi 31 dari 33 Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.
Paluta juga melorot, dari ranking 4 ke ranking 29. Kondisi ini akibat tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran penduduknya sebesar 0,2564 di tahun 2021 atau naik 0,0264 poin dari tahun 2020 yang sebesar 0,2283.
Lain halnya Kabupaten Mandailing Natal, mengalami penurunan tingkat ketimpangan tetapi anjlok sedikit dalam perankingan, dari 17 menjadi 23. Pada tahun 2020, tingkat ketimpangannya 0,2478 dan turun 0,0075 poin di tahun 2021 menjadi 0,2403.
Kabupaten Padang Lawas lebih bagus dibanding Tapsel, Paluta dan Madina. Mengalami penurunan tingkat ketimpangan dan naik ranking dari 31 menjadi 20. Tahun 2020 tingkat ketimpangannya 0,2653 dan turun 0,0128 poin di tahun 2021 menjadi 0,2525.
Muhammad Iqbal Harahap pemerhati sosial di Tabagsel mengatakan, Koefisien Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia bernama Corrado Gini dan karyanya dipublikasikan pada tahun 1912.
Koefisien ini biasanya dipakai untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Nilai di bawah 0,4 dikategorikan tingkat ketimpangan rendah. Nilai antara 0,4 sampai 0,5 kategori sedang, dan nilai di atas 0,5 disebut tingkat ketimpangan tinggi.
“Gini Ratio itu makin rendah makin bagus. Di Tabagsel, Kota Padang Sidempuan paling tinggi skornya. Artinya, ketimpangan pendapatan paling tinggi terjadi di sini. Tetapi itu sangat wajar karena statusnya sebagai kota,” kata Iqbal. (JN-Irul)