MEDAN – Antisipasi kelangkaan pangan di masa pandemi covid-19, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) terus berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
Bahkan ada enam komoditas strategis yang diperkirakan surplus hingga Oktober mendatang. Sebagaimana hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Sumut (Sekdaprovsu), R. Sabrina saat menjadi narasumber Webinar nasional yang diselenggarakan Perhimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi) Indonesia dengan tema ‘Recofusing Anggaran Sektor Pertanian di Pusaran Covid-19: Politik & Kiat Daerah’ di Rumah Dinas Sekdaprovsu, belum lama ini.
Sabrina mengatakan, pandemi covid-19 telah berdampak terhadap aktivitas perekonomian nasional, termasuk sektor pertanian.
“Keterbatasan gerak menyebabkan berkurangnya tenaga kerja pertanian. Kemudian modal usaha tani pun berkurang akibat pendapatan berkurang,” kata Sabrina.
Untuk itu, Pemprovsu terus melakukan penguatan dalam upaya memperkecil dampak pendemi covid-19.
“Kita terus melakukan peningkatan koordinasi, sinergitas guna meningkatkan produksi, dengan melakukan percepatan tanam, perluasan tanam dan pemanfaatan lahan, kemudian juga melakukan perbaikan infrastruktur dan juga memberikan bantuan sarana prasarana serta menjaga stabilitas harga,” jelasnya.
Kedepan, sambungnya, Pemprovsu juga memiliki rencana aksi guna meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
“Kita akan melakukan pengembangan budidaya pada beberapa jenis komoditi, melakukan pengembangan penangkar bibit bawang, pengaturan pola tanam, hingga melakukan peningkatan kapasitas SDM penyuluh dan petani,” sebut Sabrina.
Kemudian terkait ketersediaan sejumlah komoditas pangan, Sabrina pun menyampaikan bahwa ada sejumlah komoditas strategis yang surplus hingga Oktober mendatang. Yakni beras, jagung, cabai merah, daging sapi, ayam, dan ikan.
Berdasarkan data Januari-Oktober 2020, beras dengan produksi 2.149.876 ton, kebutuhan 1.600.067 ton, surplus 549.809 ton. Kemudian jagung dengan produksi 1.395.286 ton, kebutuhan 1.382.757 ton, surplus 12.529 ton. Lalu untuk cabai merah juga mengalami surplus 38.177 ton dari produksi 136.482 ton dengan kebutuhan 98.305 ton.
Daging sapi surplus 10.823 ton dari produksi 22.322 ton dengan kebutuhan 11.496 ton. Selanjutnya komoditi daging ayam ras mengalami surplus 56.926 ton dari produksi 125.327 ton dengan kebutuhan 68.401 ton. Terakhir, komoditi ikan mengalami surplus 166.609,51 ton dari produksi 528.607,2 ton dengan kebutuhan 361.997,69 ton.
“Nilai tukar petani kami pun meningkat. Para petani tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan, meningkat sekitar 0,21 % pada bulan Juni bila dibandingkan dengan nilai tukar pada bulan Mei. Tetapi ada sedikit penurunan di komoditi hortikultura dan budidaya ikan,” papar Sabrina.
Direktur Pengembangan Kawasan dan Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sumedi Andono Mulyo mengingatkan bahwa saat ini rencana pemerintah fokus kepada pemulihan.
“Bagaimana pemulihan ekonomi termasuk itu reformasi sosial, sistem kesehatan, sistem perlindungan sosial, sistem ketahanan bencana dan juga sistem ketahanan pangan kita,” ujarnya.
Sumedi juga mengatakan, bahwa setiap kebijakan dapat dinilai berhasil atau tidak, bisa dilihat dari identifikasi masalah. Kalau salah mengidentifikasi masalah baik itu data maupun informasi, maka kebijakan apapun yang diambil tetap akan salah.
“Rendahnya tingkat kesejahteraan petani, dapat dilihat dari terbatasnya penerimaan petani dan tingginya pengeluaran petani. Untuk itu penting melakukan identifikasi masalah guna menyejahterakan petani,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhepi, Hermanto Siregar mengatakan, refocusing harus dilakukan pada sektor pertanian.
“Pandemi Covid-19 dampaknya luar biasa bagi perekonomian masyarakat. Untuk itu perubahan kebijakan keuangan negara atau refocusing harus dilakukan ke salah satu sektor terdampak Covid, yakni sektor pertanian. Sebab di Indonesia, sektor pertanian punya peran strategis dalam penyumbang pertumbuhan sistem perekonomian serta dapat banyak menyerap tenaga kerja,” kata Hermanto. (IP)