JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Masjid di Kota Medan diharapkan bisa meniru pengelolaan Masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Yakni masjid yang memiliki sistem pengelolaan yang bagus dan memiliki semangat untuk memakmurkan jemaah dan masyarakat sekitarnya.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah (Ijeck) saat menghadiri Pelatihan Manajemen Badan Kemakmuran Masjid (BKM) se-Kota Medan di Rumah Makan Wong Solo, Jalan Gajah Mada Medan, Kamis (3/12/2020).
“Insya Allah, di Medan bisa lahir masjid-masjid seperti Jogokariyan,” kata Ijeck yang juga Ketua Dewan Mukhtasar Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sumut.
Menurutnya, saat ini tidak bisa hanya berdiam diri, BKM harus bisa mengorbankan pikiran dan tenaga untuk mengurus masjid.
“Tapi saya yakin, jika serius, pasti kita tak hanya memakmurkan masjid, kita juga memakmurkan jemaah,” ucapnya.
Ijeck juga berpesan, BKM harus saling percaya sesama pengurus. Juga harus senantiasa transparan dalam hal apapun yang terkait pengelolaan masjid. Masjid Aceh Sepakat Medan, menurutnya, merupakan salah satu masjid yang pengelolaannya baik dan dipercaya jemaahnya. Dengan pengelolaan yang baik dan transparan, masyarakat atau donatur akan percaya.
“Misalnya di Aceh Sepakat, saat awal mengadakan buka puasa gratis tidak mencapai ribuan orang, namun sekarang sudah ribuan orang, itu karena masyarakat sudah yakin dengan mereka,” jelas Ijeck.
Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Muhammad Jazir mengatakan, peran masjid itu seharusnya masuk ke setiap sektor. Diceritakannya, salah satu program Masjid Jogokariyan adalah memiliki program pendidikan yakni menyekolahkan anak-anak yang tidak mampu. Jogokariyan juga memiliki usaha sendiri, salah satunya adalah penginapan.
Jazir juga mengatakan ada berbagai sumber dana Masjid Jogokariyan antara lain, infak umum, zakat, sedekah, wakaf, donatur, sponsor, usaha ekonomi milik masjid, dan bendahara ketiga. Untuk itu, masjid harus memiliki perencanaan keuangan jangka panjang yang wajib dipublikasikan kepada masyarakat.
Selain itu, ada beberapa karakter pengelolaan dana, antara lain membangun pemahaman dan kesadaran berinfak, mempermudah partisipasi, tidak membebani dan tidak dibebani, memperhatikan kearifan lokal, membuka kreativitas dan partisipasi. Juga menggembirakan perasaan jemaah dan yang paling penting transparansi.
Jazir juga memberi motivasi kepada para pengurus BKM yang menjadi peserta. Saat pertama kali diamanatkan menjadi pengurus Masjid Jogokariyan, dirinya langsung mengundurkan diri sebagai dosen di suatu universitas. Menurutnya pekerjaan mengurus masjid adalah pekerjaan utama.
“Saya punya prinsip pekerjaan pokok saya adalah mengurus masjid, sambilan saya menjadi dosen, mengurus masjid menjadi pekerjaan utama. Kalau kita mengurus rumah Allah, gajinya dari Allah, kalau manusia pasti menggajinya upah minimum,” kata Jazir. (IP)