JELAJAHNESW.ID, MEDAN – Salah satu penyebab sulitnya penanganan covid-19 adalah masih banyaknya masyarakat yang tidak khawatir terhadap virus tersebut. Mereka beranggapan tidak mungkin terpapar covid-19, bahkan sebagian tidak percaya adanya Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Doni Manardo saat rapat dengan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, Forkopimda Sumut, OPD Pemprovsu, serta para tokoh masyarakat dan agama, di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Jumat (25/9/2020) malam.
Berdasarkan survei yang dilakukan Satgas Penanganan Covid-19 pada 5 provinsi di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim) dan Kalimantan Selatan (Kalsel), kelompok yang percaya tidak akan tertular covid-19 cukup tinggi. Yang tidak khawatir dengan covid-19 di Provinsi DKI mencapai 4,4%, Jabar 5%, Jateng 4,8%, Jatim 4,5% dan Kalsel 3%. Sedangkan yang merasa tidak berisiko terpapar wabah ini di DKI 30%, Jabar 16,7%, Jateng 18,3%, Jatim 4,5% dan Kalsel 14,9%.
Menurut Doni, persepsi ini sangat menentukan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penerapan protokol kesehatan membuat semakin sulitnya mengendalikan penyebaran covid-19.
“Saya rasa di Sumut tidak berbeda jauh dari 5 daerah tersebut. Padahal saat ini satu-satunya obat adalah protokol kesehatan. Kelompok dengan persepsi seperti ini sudah tentu abai dengan protokol kesehatan, padahal mereka sangat rentan terpapar dan menyebarkan covid-19,” kata Doni.
Tidak sedikit dari dua kelompok tersebut berasal dari usia produktif, dimana di Sumut usia produktif (31-45 tahun) paling tinggi kasusnya. Dari 9.749 kasus konfirmasi positif (per 24 September) sebanyak 31,87% merupakan usia produktif, sedangkan kasus meninggal berada di usia lanjut 46-59 tahun (36,61%) dan 60 tahun keatas (41,77%).
“Tingkat kesembuhan tertinggi Sumut itu ada di usia produktif yakni 32,47%, tetapi rata-rata yang menjadi penyebar juga di usia ini, mereka masih sangat aktif dan mobilitasnya tinggi. Bila kelompok ini tidak disiplin protokol kesehatan, dia sangat mungkin menjadi penyebar dan imbasnya pada usia lanjut, apalagi OTG juga banyak terdapat di usia produktif,” tambah Doni.
Doni pun menyarankan agar GTPP Covid-19 Sumut memberikan penekanan lebih mengendalikan penyebaran Covid-19 di Sumut. Ini karena lebih dari 50% kasus konfirmasi berada di Medan.
“Medan itu kasusnya hampir 6.000, lebih setengah dari total kasus. Bila ini bisa ditekan maka penurunannya akan sangat signifikan. Ini tidak mudah, butuh kerja sama semua pihak dan kesadaran kolektif masyarakat, tetapi saya yakin Sumut mampu untuk itu,” ujar Doni yang juga merupakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI.
Gubsu, Edy Rahmayadi menyampaikan, GTPP Covid-19 Sumut telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran covid-19 seperti penyekatan Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang), patroli protokol kesehatan dan razia masker, hingga penambahan laboratorium PCR. Menurut Edy, langkah masif tersebut mampu menurunkan jumlah kasus baru di Sumut.
“Langkah-langkah yang kita ambil cukup mampu menurunkan jumlah kasus baru. Dua minggu terakhir ada penurunan walau belum begitu signifikan. Tetapi bila kita terus konsisiten, saya yakin ini bisa di tekan. Hari ini (Jumat, 25/9/2020) kasus baru minus 14 dibanding hari sebelumnya. Kita harap penurunan ini terus meningkat,” kata Edy.
Lebih lanjut Edy mengatakan, saat ini GTPP Covid-19 Sumut sedang berupaya untuk meningkatkan jumlah spesimen yang diuji. Berdasarkan anjuran WHO, kawasan dengan jumlah penduduk 14 juta seperti Sumut membutuhkan kemampuan uji spesimen 2.000/hari sedangkan Sumut saat ini masih di angka rata-rata 1.100 per hari.
“Saat ini kita punya 11 lab yang mampu menguji rata-rata per hari 1.100 sampel, tetapi hitung-hitungan WHO kita butuh uji sampel 2.000 perhari. Kita akan coba penuhi itu dengan dukungan dari pemerintah pusat,” sebutnya.
Sementara itu, Doni Manardo yang datang bersama Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dan beberapa anggotanya juga memberikan bantuan kepada Sumut. Antara lain 2 unit ventilator, 200.000 lembar masker kain, 30.000 masker non-medis, 20.000 masker KN95, 2.000 face shield, 50 hazmat dan 10 jerigen hand sanitizer (@5 liter). Gubsu Edy Rahmayadi pun sangat berterima kasih atas bantuan ini.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuannya dan dalam waktu dekat kita dapat bantuan alat untuk lab PCR tiga unit sehingga akan membantu kita meningkatkan jumlah spesimen yang diuji. Kalau dari keterangan Pak Doni besok alat untuk lab PCR akan tiba di Sumut,” tambah Edy. (IP)