JELAJAHNEWS.ID, JAKARTA – Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, Indonesia pun memiliki kekayaan alam yang berlimpah.
Diantara kekayaan alam tersebut, diantaranya terdapat beberapa komoditi yang kerap diekspor, dimana salah satunya adalah kelapa sawit. Namun diketahui, kelapa sawit mendapatkan penolakan di Eropa. Bahkan, negara-negara di benua biru terus mengkampanyekan anti kelapa sawit.
Menanggapi hal itu, Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya terkait kampanye antikelapa sawit yang terjadi di Eropa, Australia dan Oseania.
Dalam pernyataan pers bersama dengan Presiden Jokowi, PM Malaysia menyatakan kampanye tersebut tidak berdasar dan tidak mencerminkan keberlanjutan industri minyak sawit dunia. Selain itu, dirinya juga menilai kampanye tersebut bertentangan dengan komitmen Uni Eropa terhadap World Trade Organization (WTO) tentang praktik perdagangan bebas.
“Oleh karena itu, saya telah menginformasikan kepada Presiden bahwa Malaysia juga telah mengajukan gugatan terhadap Uni Eropa pada 15 Januari 2021 di World Trade Organization (WTO), seperti yang dilakukan Indonesia pada Desember 2019,” kata Yassin belum lama ini.
Dirinya juga menyatakan bahwa Malaysia akan terus bekerja sama dengan Indonesia terkait diskriminasi minyak sawit, terutama memberdayakan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
“Hal Ini untuk memastikan kita bisa melindungi industri kelapa sawit, terutama untuk menyelamatkan jutaan petani kecil yang bergantung sepenuhnya pada industri kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Jokowi memastikan bahwa Indonesia akan terus berjuang melawan diskriminasi sawit bersama Malaysia.
“Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini,” ucap Jokowi. (prc)