MEDAN – Musa Rajekshah (Ijeck) yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), juga dikenal sebagai pengusaha dan salah satu tokoh yang membesarkan olahraga otomotif di Sumut.
Namun, komitmen terhadap urusan pemerintahan dan rakyat Sumut tetap dipegangnya teguh. Hal itu terungkap saat dirinya diwawancari oleh INDIKA FM dalam program TALKATIVE, di Rumah Dinas Wagubsu, belum lama ini.
Ijeck yang pernah menjabat Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sumut selama dua periode, serta malang melintang di berbagai cabang olahraga otomotif menegaskan, dirinya akan tetap memilih urusan pemerintah dan rakyat jika ada jadwal yang tabrakan dengan kegiatan otomotif.
“Pastinya saya dahulukan amanah jabatan karena menyangkut hidup rakyat Sumut, kalau hobi saya itu bertabrakan dengan hal penting dengan pekerjaan, saya pilih pekerjaan,” kata Ijeck.
Dalam program radio berdurasi setengah jam itu, Ijeck juga menceritakan awal mula bagaimana dirinya menggeluti otomotif. Orang tuanya memang sejak dulu menggeluti otomotif, meskipun bukan balapan. Ada bengkel yang dikelola orang tuanya. Ijeck kecil juga menyenangi mainan mobil. Barangkali itu yang membuatnya mulai menyukai otomotif. Namun Ijeck baru kenal balapan pertama kali pada saat menonton balapan di Kota Medan.
“Kelas 3 SD pertama kali nonton balapan di Medan. Dulu mungkin di Pulomas grass track. Mobilnya start beramai ramai, sedan sampai jeep di jalan tanah. Disitu saya pertama melihat balapan itu, dan dari situ saya tertarik,” kenangnya.
Ijeck pertama kali mengikuti balap saat kelas 6 SD, dengan Toyota Hard Top. Sehingga dia dikenal sebagai peserta dengan usia paling muda dan kecil yang mengikuti balap grass track. Sejak saat itu, tekadnya untuk menggeluti dunia balap semakin kuat, hingga akhirnya Ijeck dikenal sebagai pembalap rally yang tersohor di Indonesia.
“Tahun 87 waktu itu, saya belum ikut rally. Tapi melihat mobilnya saja sudah senang. Kemudian saya punya tekad, suatu hari saya mesti ikut rally,” katanya.
Beberapa tahun kemudian tekadnya terwujud. Dengan Corolla DX, Ijeck pun pertama kalinya mengikuti Gudang Garam Rally Internasional dan berlanjut kemudian.
“Sampai suatu hari orang tua saya bilang, tak berhenti-berhenti kau balapan. Kalau dihitung uangnya udah berapa. Sampai orang tua bilang begitu, saya bilang, ya namanya juga hobi. Menurut saya, kita harus punya hobi juga, karena hobi itu tempat melepas penat kita sehari-hari dalam kerjaan. Syukur-syukur hobinya punya prestasi,” katanya.
Meski begitu, dukungan keluarga tetap yang paling penting. Orang tua Ijeck berpesan kepadanya agar menjauhi narkoba.
“Pesan orang tua saya zaman sekolah, mau balapan apapun saya dukung, tapi jangan sempat saya tahu narkoba. Kalau saya tahu, semua mobil saya tarik. Karena saya senang dengan mobil dan motor, saya jadi takut. Jadi saya tidak berani melanggar ultimatum orang tua,” kenangnya.
Ijeck juga memiliki kenangan balapan yang berkesan. Kenangan pertama menurutnya juga menyebalkan. Pada tahun 1997, dirinya mengikuti kejuaraan rally dunia. Menurutnya menjadi bagian peserta saja sudah membanggakan. Namun pada kejuaraan ini, Ijeck kurang beruntung.
Di SS terakhir, kurang dari 200 meter sebelum garis finish, mobil Ijeck menabrak tanggul yang menyebabkan salah satu bagian mobilnya rusak. Lantaran finish sudah di depan mata, Ijeck bersama navigatornya mencoba memperbaikinya. Ia bisa finish dengan 3 ban saja.
Tidak sampai disitu, usai finish, peserta harus melakukan touring yang jaraknya jauh. Agar tidak didiskualifikasi peserta harus melakukan touring.
“Karena touringnya jauh, itu mobil rontok semua depannya, dan bannya gak bisa jalan. Akhirnya kita didiskualifikasi. Itulah pengalaman terpahit dalam event,” katanya.
Ijeck juga bercita-cita membawa kembali World Rally Championship (WRC) ke Indonesia, khususnya Sumut. Apalagi WRC yang merupakan ajang rally bergengsi di dunia, pernah digelar di Sumut. Untuk itu, Ijeck ingin mengembalikannya ke Sumut lagi.
“Jadi semangat kita, WRC ingin kembali lagi di Indonesia karena memang event kejuaraan dunia ini bukan hanya bermanfaat bagi penghobi atau pegiat saja, tapi promosi daerah maupun negara kita dapat, karena media internasional akan datang meliput,” katanya.
Salah satunya dengan cara menyelenggarakan kejuaraan Rally Asia Pasifik atau Asia Pasific Rally Championship (APRC). Kejuaraan itu tentu didukung Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu). Menurut Ijeck, APRC bisa disandingkan dengan sport tourism. Tahun 2019, APRC berhasil digelar di Rambung Sialang.
Rambung Sialang dipilih lantaran pada masa lalu pernah digunakan sebagai jalur pada WRC. Penonton atau masyarakat antusiasnya cukup baik. Selanjutnya, Ijeck menginginkan APRC diadakan di sekitar Danau Toba. Hal itu akan menarik perhatian para peserta dan media internasional. Apalagi Danau Toba adalah destinasi wisata prioritas Indonesia.
“Mudah-mudahan setelah pandemi kita coba APRC ini kita jadwalkan ulang karena tahun ini tidak terlaksana,” kata Ijeck.
Meski begitu, Ijeck mengatakan keberhasilan APRC waktu lalu tidak terlepas dari peran seluruh pihak. Ijeck menekankan bahwa tujuan menggelar APRC adalah untuk menghadirkan WRC di Sumut.
“Pelaksanaan itu bukan hanya saya sendiri, tapi dari kawan-kawan. Saya gak bisa sendiri mendatangkan rally. Saya dan kawan-kawan harus sama-sama kompak. Tidak bisa kita sebatas pegiat, harus seluruh pihak. Event ini bisa mendatangkan dampak ekonomi dan promosi daerah,” kata Ijeck. (IP)