MEDAN – Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan keanekaragaman hayati. Diperkirakan, ada 17% satwa dunia di Indonesia.
Namun sayangnya, banyak dari satwa tersebut menghadapi ancaman kepunahan. Salah satunya, Orangutan Tapanuli yang tinggal di Hutan Batangtoru dan dinyatakan sebagai spesies baru sejak tahun 2017.
Sebagai salah satu bentuk upaya perlindungan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) menjadikan Hutan Batangtoru sebagai salah satu Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang dimuat dalam rencana tata ruang wilayah Sumut sesuai dengan Perda Nomor 2 Tahun 2017.
Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Sumut (Sekdaprovsu), R. Sabrina saat menjadi salah satu narasumber dalam webinar ‘2nd Fahutan Talk’ melalui zoom, baru-baru ini.
“Hutan Batangtoru ini kita jadikan sebagai salah satu dari 13 KSP, salah satunya sebagai upaya kita untuk melindungi Orangutan Tapanuli. Kemudian, mewujudkan dan menjaga kelestarian lingkungan, serta mengembalikan keseimbangan ekosistem kawasan Batangtoru yang berwawasan lingkungan,” ujar Sabrina.
Adapun beberapa kebijakan penataan ruang KSP Batangtoru, terang Sabrina, diantaranya perwujudan kesatuan ekosistem Batangtoru berupa zona inti, pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya alam berbasis konservasi, perwujudan pola ruang yang akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat, pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya yang serasi, pengembangan dan peningkatan kualitas pusat kegiatan permukiman, pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana wilayah.
“Kita harus tumbuhkan kesadaran bersama bahwa hutan ini miliki kita bersama, penyangga kehidupan kita, dan harus kita lindungi bersama melalui peran dan bidang masing-masing secara sinergi dan terpadu dalam melakukan kegiatan pengelolaan kawasan ini. Dengan melestarikan KSP, kita pun melindungi orangutan dan spesies lain yang hidup di dalamnya,” harap Sabrina.
CEO Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation, Jamartin Sihite yang membawakan materi Save Orangutan, mengatakan bahwa Save Their Habitat sepakat dengan langkah Pemprov Sumut. Salah satu langkah menyelamatkan Orangutan adalah dengan melindungi habitatnya. Jamartin pun berbagi pengalaman terkait penyelamatan orangutan di Kalimantan. Salah satu cara yang mereka tempuh adalah mengajak pengusaha untuk terlibat dalam menyelamatkan hutan dan orangutan melalui penerapan ‘Best Management Practices’ bisnis.
“Daripada perusahaan-perusahaan itu bayar mahal untuk publikasi atau public relations untuk menciptakan citra positif perusahaan cinta lingkungan, lebih baik mengambil langkah bijak dan berdampak positif jangka panjang, yakni memasukkan aksi penyelamatan lingkungan itu jadi bagian dari perencanaan bisnis sejak awal. Ini lah best management practices,” jelas Jamartin.
Webinar diselenggarakan oleh SMILE Batangtoru dan Institut Pertanian Bogor dengan tema Konservasi Orangutan Tapanuli dalam Kerangka Pengelolaan Lansekap Berkelanjutan.
Webinar yang dimoderatori oleh Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Rinekso Soekamdi diikuti ratusan peserta dari seluruh Indonesia dengan ragam latar belakang, diantaranya, mahasiswa, institusi pemerintahan, LSM, organisasi lingkungan, dan lainnya. Adapun pembicara lainnya yakni Sekretaris Nasional Pokja Lansekap Batangtoru, Haryanto Putro. (IP)