JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Humbang Hasundutan berhasil meraih juara pertama, lomba Cerita Wastra 2021 tingkat Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Selanjutnya disusul Nissisisepti dari Tapanuli Utara sebagai juara kedua dan Dekranasda Batubara sebagai juara ketiga sekaligus juara Favorit.
Pengumuman pemenang lomba dan penyerahan hadiah dilaksanakan di Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan, Jumat (16/4/2021).
“Alhamdulillah, dengan diselenggarakannya lomba ini dapat meningkatkan kebanggaan pemakaian kain tradisional Sumut dan memasyarakatkan kembali wastra daerah kita,” ujar Ketua Dekranasda Sumut Nawal Lubis, saat menyerahkan piala.
Para pemenang lomba selanjutnya akan mengikuti kegiatan serupa di tingkat nasional. Melalui lomba Cerita Wastra (kain tradisional) 2021 tersebut, kata Nawal, diharapkan dapat memunculkan kembali cerita-cerita tentang sejarah dan proses dibalik pembuatan berbagai kain tradisional daerah, seperti ulos dan kian songket.
“Kita punya ulos dan kain songket, jangan sampai generasi penerus kita tidak tahu akan sejarah ini,” ucap Nawal yang turut didampingi Wakil Ketua Dekranasda Sumut Sri Ayu Mihari.
Ketua Dekranasda Humbang Hasundutan Lidia Kristina Panjaitan yang meraih juara satu, mengharapkan dengan adanya lomba ini semakin banyak generasi muda yang mencintai dan bangga menggunakan kain tradisional asal Sumut, khususnya ulos.
“Kita terinspirasi dari ulos yang merupakan budaya Batak. Ulos merupakan warisan Tanah Batak sampai saat ini. Namun seiring berjalannya waktu kita juga memikirkan bagaimana anak muda juga bisa suka dan bangga memakai ulos, semoga dengan adanya lomba ini semakin banyak generasi muda yang tergerak,” tambahnya.
Dengan mengadopsi nilai budaya yang terkandung dalam ulos untuk kemudian dijadikan beberapa kain, yakni Batik Humbang Hasundutan, Humbang Shibori, Humbang Ecoprint dan Humbang Batiq. Selain itu, berbagai kekayaan alam yang ada di kawasan Danau Toba, juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi pewarna alami.
“Kita manfaatkan kekayaan alam yang ada di Danau Toba, kita manfaatkan untuk menjadi pewarna alami, dengan mengusung konsep Zero Waste, kami memanfaatkan dedaunan yang ada di Danau Toba, kita ubah menjadi ecoprint, kulit jengkol dan bawang merah juga kita manfaatkan untuk pewarna kain,” tambahnya.
Sedangkan pemenang kedua Nisisisepti dari Tapanuli Utara yang mengenakan ulos Harangguan dengan pewarnaan alami. Untuk pemenang ketiga dan favorit yaitu kain songket Batubara yang berumur 81 tahun terlihat masih indah dikenakan Ketua Dekranasda Kabupaten Batubara Maya Zahir.
Salah seorang Dewan Juri, Herawati menjelaskan lomba tersebut diikuti 48 orang peserta. Pemilihan pemenang dilakukan berdasarkan kriteria yaitu memiliki tema yang jelas, sentuhan dan kesadaran wastra untuk generasi muda, narasi aku dan kain, cerita wastra dalam kehidupan sehari-hari dan estetika serta komposisi foto. (Jai)