JAKARTA – Setelah terpuruk pada April lalu karena pandemi virus corona, harga minyak mentah dunia kembali mencatat kenaikan bulanan pada Juli.
Kenaikan harga minyak tidak terlepas dari upaya pengurangan produksi minyak. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September dibanderol naik tipis 37 sen atau 0,9% menjadi US$43,31 per barel, sedang pengiriman Oktober naik 27 sen menjadi US$43,52 per barel.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) pengiriman September dibanderol naik 35 sen menjadi US$40,27 per barel, sempat jatuh 3,3% pada sesi sebelumnya. Minyak mentah Brent membukukan kenaikan bulan keempat dan minyak mentah AS mencatat kenaikan bulan ketiga, sejak kejatuhan harga pada April lalu.
Badan Informasi Energi AS (EIA) menuturkan kebijakan pengurangan produksi minyak mentah AS menjadi 10 juta barel per hari, yang ditempuh pada Mei lalu, membuahkan hasil.
“Setelah hari yang buruk untuk perusahaan-perusahaan minyak besar, kini hasilnya mulai terlihat,” ujar Analis Price Futures Chicago Phil Flynn.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa kompetisi pasar akan menjadi lebih ketat pada masa-masa mendatang.
“Bila ekonomi berbalik (pulih), kita akan kesulitan memenuhi permintaan pasar,” jelasnya.
Kepala Eksekutif Konsultan Oilytics, Keshav Lohiya menyebutkan harga minyak masih akan mendaki karena stimulus global dan mata uang dolar AS yang melemah. Selain itu, permintaan China terhadap minyak pun masih rendah. (cni)