JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi akan segera menindaklanjuti arahan Pemerintah Pusat dalam pengembangan potensi Santripreneur berbasis Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Sawit, sebagai program pemberdayaan ekonomi daerah.
Hal ini dikatakannya saat mengikuti kegiatan seminar launching pengembangan potensi Santripreanur berbasis UKMK Sawit yang dilakukan secara virtual bersama Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Riau dan Gubernur Sumatera Selatan di Rumah Dinas Gubernur, baru-baru ini.
“Segera akan kami tindaklanjuti. Kami akan mengajak seluruh 33 Kabupaten/Kota yang ada di Sumut untuk dapat mengembangkan potensi kelapa sawit ini pada seluruh santri,” ucap Edy.
Dijelaskannya, di Sumut terdapat 283 pondok pesantren yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, di antaranya terdapat 3 pondok pesantren yang tertua yaitu Pondok Pesantren Maslurah (1912) berada di Kabupaten Langkat, Madrasah Maktab Islamiyah Tapanuli (1975) berada di Medan, dan Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru didirikan tahun 1920 berada di Tapanuli Selatan oleh Syaikh Musthafa Husain.
“Dengan jumlah sekitar 100.000 santri yang ada di Sumut saat ini, menunjukkan bahwa banyak potensi berwirausaha yang dapat dikembangkan dari para santri,” kata Edy.
Untuk luas perkebunan kelapa sawit di Sumut mencapai 1.312.913,70 hektare (Ha). Dari jumlah tersebut seluas 553.992,63 Ha (42,20%) di antaranya dikelola oleh perusahaan perkebunan swasta. Sekitar 439.315,00 Ha (33,50%) merupakan perkebunan sawit rakyat. Kemudian 319.606,07 Ha (24,20%) dikelola perusahaan perkebunan negara.
Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin dalam arahannya sekaligus membuka seminar tersebut mengatakan pemerintah berupaya meningkatkan ekonomi syariah di pesantren dengan basis koperasi. Pesantren dinilai memiliki ciri khas dan kemandirian di tengah masyarakat yang berorientasi meningkatkan kesejahteraannya.
“Pemerintah menyambut baik program Santripreanur ini yang diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Saya menyebutnya dengan Gus Iwan yakni bagus ngajinya tapi juga usahawan. Kita mengharapkan pesantren juga menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan ekonomi selain dakwah,” ucap Ma’ruf Amin.
Dijelaskannya, industri kelapa sawit memiliki peran strategis yang menghasilkan 50% pangsa pasar di dunia. Di tengah pandemi kinerja ekspor mengalami penurunan, justru di dalam negeri masih tumbuh positif.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, seminar ini merupakan kombinasi yang sangat baik. Kelapa sawit merupakan kegiatan perkebunan yang sangat penting di Indonesia yang akan menciptakan dampak positif di pesantren dan negara.
“Kelapa sawit memiliki nilai tambah sektor hilir sangat besar. Indonesia masih memiliki potensi, hilirisasi akan menciptakan kegiatan ekonomi, namun juga kesempatan kerja dan kemandirian sektor pangan,” ucap Sri Mulyani, sembari berharap industri kelapa sawit menjadi motor penggerak menciptakan kesejahteraan.
Sri Mulyani mengajak para santri yang ingin menjadi entrepreneur untuk dapat memiliki ide, meraih kesempatan dengan mengetahui risiko, lalu berani mengambil tindakan. Bagi para santri juga dapat bekerja sama dengan dinas koperasi dan permodalan lainnya.
“Kerja sama pemerintah, akademisi dan swasta akan dapat memberikan manfaat yang baik. Perhatian Pemda dapat melakukan kombinasi dengan menggunakan dana desa/BUMDes yang berbasis syariah. Pemimpin diharapakan menjadi pembimbing dalam meningkatakan kesejahteraan masyarakat. Dan Santripreneur ini harus terus ditingkatkan dengan bantuan Pemda,” katanya. (IP)