JELAJAHNEWS.ID, MEDAN -Berbagai upaya telah dilakukan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi dan Wakil Gubsu (Wagubsu) Musa Rajekshah untuk terus membangun kesadaran kolektif masyarakat mencegah Covid-19 yang harus terus dipacu.
Itulah sebabnya, Edy dan Ijeck panggilan akrab Wagubsu bisa dibilang merupakan tokoh sentral dalam penaggulangan Covid-19 di Propinsi Sumatera Utara, sejak pandemi ini menggejala tampak betul-betul serius mengomandoi penanganannya.
Demikian salah satu kesimpulan Refleksi Akhir Tahun di Satgas Penanganan Covid-19 Sumut yang dirangkum wartawan.
Sementara itu kepada wartawan, Senin (21/12/20) di Medan, Gubsu yang Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Sumut mengaku kunci sentral dalam upaya penanggulangan pandemi ini yang terutama adalah bangkitnya kesadaran kolektif masyarakat.
Pelibatan aktif masyarakat menjadi kesuksesan utama penanganan pandemi COVID-19, terutama dalam kesadaran 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan perubahan perilaku baru mematuhi protokol kesehatan.
Untuk itu pendekatan yang dilakukan harus tepat. Intinya, mengajak masyarakat keluar dari krisis ini.
Itulah sebabnya Gubsu H Edy Rahmayadi dan Wakilnya H Musa Rajekshah terus berupaya dengan berbagai program membangkitkan kesadaran masyarakat mencegah Covid-19 ini.
Pengamatan wartawan pada refleksi akhir tahun Satgas Penanganan Covid-19 Propinsi Sumut , sistem koordinasi juga terus dilakukan Edy Rahmayadi, baik di tingkat propinsi bersama Forkopimda Sumut, OPD Pemprov Sumut, serta para tokoh masyarakat, agama dan lainnya, juga kepada kabupaten dan kota serta pemerintah pusat dan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Pusat Doni Manardo.
Pendekatan yang ada saat ini harus lebih diefektifkan dengan melakukan akselerasi penguatan di masyarakat sehingga muncul partisipasi dan kesadaran penuh untuk bersama-sama dengan pemerintah mengatasi permasalahan ini.
Pengamat sosial kemasyarakatan alumni USU Medan Hafian Tan juga mengakui salah satu masalah penanganan Covid-19 adalah masih ada masyarakat yang tidak khawatir terhadap virus ini sehingga sosialisasi masih diperlukan.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyampaikan Satgas Sumut telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19 seperti penyekatan Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang), patroli protokol kesehatan dan razia masker, hingga penambahan laboratorium PCR.
Menurut Edy Rahmayadi, langkah masif tersebut mampu menurunkan jumlah kasus baru di Sumut. Mudah-mudahan ini mendapat dukungan dari masyarakat dan pihaknya terus berupaya membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut.
(Refleksi Signifikan)
Dari awal munculnya virus corona memang membuat semua lini dari tingkat atas hingga bawah semua terkena imbasnya. Hampir 12 bulan lamanya masyarakat di dunia tak terkecuali Indonesia semua bertahan untuk hidup berdampingan dengan virus mematikan.
Kasus pertama di Indonesia pertama kali ditemukan di Depok, Jawa Barat. Menteri Kesehatan Terawan mengatakan dua WNI terjangkit yang merupakan ibu dan anak. Keduanya terinfeksi virus itu dari warga Jepang yang berkunjung ke Indonesia. Warga Jepang tersebut baru terdeteksi covid-19 di Malaysia, setelah meninggalkan Indonesia.
Pemerintah Indonesia langsung mengambil tindakan serius dengan membatasi ruang gerak masyarakat Indonesia, semua kegiatan yang mengundang kerumunan orang ditiadakan, penekanan penggunaan masker setiap saat ketika hendak keluar rumah. Tak hanya itu, cuci tangan dan mengganti semua pakaian saat keluar rumah menjadi hal penting yang harus dilakukan.
Semua cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah penyebaran virus covid-19 ini, mulai pemberlakukan lock down atau dikenal dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hampir di semua wilayah di Indonesia yang terdampak.
Pada mulanya, selama masa pandemi ini, aktivitas perkantoran ditiadakan semua karyawan bekerja di rumah. Aktivitas pendidikan mulai SD hingga perguruan tinggi, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, tidak ada lagi tatap muka di sekolah maupun kampus.
Tak hanya itu keberadaan mall juga ditutup, tak ada aktivitas jual beli yang mendatangkan orang datang untuk berkumpul, semuanya hanya mengandalkan layanan secara daring.
Seiring waktu berjalan, ketika pemerintah memaksa masyarakat agar selalu berada di dalam rumah, berdampak pada perekonomian mereka, dimana tidak ada pemasukan yang didapat namun, keberlangsungan hidup harus tetap berjalan.
(Masyarakat Bereaksi Karena Corona)
Seakan sudah bosan dan tidak tahan lagi, akhirnya masyarakat banyak yang tidak lagi memperdulikan keberadaan virus, namun balik lagi kebutuhan hidup mereka sehari-hari yang harus dipikirkan.
Alhasil, mereka kembali lagi keluar rumah dan bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pemerintah disini dilematis, jika dilarang tak mampu menanggung kebutuhan semua masyarakat di Indonesia.
Akhirnya, pemerintah memperbolehkan aktivitas perdagangan, perkantoran dan lainnya untuk beroperasi kembali namun, tetap menerapkan protokol kesehatan yang diatur pemerintah, seperti menggunakan masker dan pembatasan jumlah kedatangan pengunjung di pusat keramaian.
Jika mengabaikan ada sanksi tegas diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Salah satunya denda hingga sanksi sosial.
Namun, kenyataaan di lapangan, banyak dari masyarakat tidak patuh dengan aturan yang dikeluarkan pemerintah. Banyak dari mereka mengabaikan aturan tersebut, karena sudah mengangap virus ini tidak ada.
Bahkan sebagian dari mereka abai dengan protokol kesehatan, mulai dari penggunaan masker hingga melakukann kegiatan yang berimbas menciptakan kerumunan.
Mereka yang abai diberikan sanksi tegas, namun masih banyak saja dari mereka yang bandel tidak mengindahkannya. Mereka sudah tidak peduli lagi, ada dan tidaknya virus covid-19. Alhasil, kasus positif corona terus bertambah di Indonesia setiap harinya.
Dalam hal ini padahal pemerintah sudah mengambil tindakan tegas, lewat denda dan pembubaran massa yang berkerumun, namun tetap saja semua itu diabaikan. Jika ingin terbebas dari pandemi ini, tidak hanya pemerintah yang bertindak, perlu ada dukungan dari masyarakat agar sadar bahayanya virus ini.
(Protokol Kesehatan)
Untuk menghempang keleluasaan masyarakat melakukan aktifitas di luar rumah, pemerintah juga menegakkan protokol kesehatan (Prokes) dengan mengambil
langkah guna menghindari virus corona ini bisa terkendali dan dicegah.
Adapun langkah pertama, pemerintah sudah benar adanya menindak tegas para pelanggar protokol kesehatan di masa pandemi corona, untuk menekan angka positif ccovid-19.
Kedua, kepatuhan dan kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan serta memakai masker setiap keluar rumah dan berada di ruang publik harus dilakukan.
Ketiga adalah edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri.
Strategi keempat adalah isolasi Rumah Sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di Rumah Sakit.
Semua intinya adalah lebih peka dan tingkatkan lagi kesadaran masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan yang diberlakukan pemerintah.
(Semakin Membaik)
Dari catatan penanganan Covid 19 di Sumatera Utara, Gubernur sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, tidak ada lonjakan kasus penyebaran virus corona di tengah masyarakat kabupaten/kota pascapelaksanaan pesta demokrasi.
Meski sudah melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 9 Desember kemarin, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) menyampaikan, penyebaran Covid-19 di daerah itu, masih dapat dikendalikan.
“Bahkan, penanganan kesehatan dan angka kesembuhan dari masyarakat yang sebelumnya terpapar Covid-19, berada di atas 80 persen,” ujar Edy Rahmayadi .
Mantan Pangkostrad ini menyampaikan, dari 16.769 orang yang terpapar, sebanyak 14.046 orang dinyatakan sembuh dan 644 penderita meninggal dunia.
Disebutkan, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sumut, tertanggal 14 Desember 2020, sebesar 83,71 persen meningkat 0,37 poin dibandingkan minggu sebelumnya 83,34 persen. Angka kesembuhan ini telah melampaui angka kesembuhan Covid-19 tingkat nasional yang sebesar 81,87 persen.
Dari 33 kabupaten/kota di Sumut, sebanyak 16 daerah memiliki angka kesembuhan diatas 80 persen antara lain, Nias Utara, Nias Selatan, Gunung Sitoli, Mandailing Natal, Nias Barat, Tapanuli Selatan, Batubara, Padang Sidimpuan, Simalungun, Padang Lawas, Kota Medan, Sibolga, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Tapanuli Tengah dan Pematang Siantar.
Angka kematian diperoleh sebesar 3,84 persen atau semakin menurun 0,07 poin dibandingkan minggu sebelumnya 3,91 persen.Untuk mengakhiri pandemi, Edy Rahmayadi mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
“Terus terapkan disiplin menggunakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan cuci tangan dengan air dan sabun. Tidak lupa kita tingkatkan imunitas tubuh kita dengan cara berolahraga teratur, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi serta konsumsi vitamin,” sebutnya.
“Terus terapkan disiplin menggunakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan cuci tangan dengan air dan sabun. Tidak lupa kita tingkatkan imunitas tubuh kita dengan cara berolahraga teratur, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi serta konsumsi vitamin,” sebutnya.
(Memulihkan Sektor Perekonomian)
Tahun 2020 membawa banyak cerita. Tak hanya cerita, tetapi perubahan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dunia. Penyebaran virus corona telah mengubah banyak rencana dan situasi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Pada 2021 bagaimana pemulihan ekonomi di Sumut?
Dalam upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut), Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ingin menerapkan beberapa strategi untuk pemulihan, salah satunya dengan menggenjot sektor pertanian.
Hal itu disampaikannya saat memimpin rapat koordinasi (Rakor) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan.
“Untuk pemulihan ekonomi, kita fokus melihat potensi daerah. Berdasarkan analisa yang dilakukan Bank Indonesia di Provinsi Sumut, dari sektor pertanian yang paling mungkin kita melakukan pemulihan ekonomi,” ujar Gubernur.
Beberapa komoditi pertanian di Sumut, kata Edy Rahmayadi, juga mengalami surplus, seperti beras, cabai merah dan cabai rawit. Masing-masing kabupaten/kota pun punya potensi berbeda, seperti Kabupaten Humbang Hasudutan berpotensi untuk tanaman komoditi bawang putih, bawang merah dan cabai merah. Kabupaten Deli Serdang untuk padi dan peternakan, sedangkan Kabupaten Karo diandalkan tanaman palawija dan sayuran.
Mengingat saat ini Indonesia sangat susah untuk memasukkan barang impor, maka peningkatan produk pertanian menjadi peluang terbaik untuk pemulihan ekonomi.
“Saya tidak terlalu berharap akan hal itu (impor). Peluangnya adalah kita antar daerah saling bertukar komoditi yang surplus. Siapa yang lebih cepat menekan angka Covid-19, maka akan semakin cepat bangkit ekonominya. Kita harus sejalan menekan Covid-19 dan meningkatkan taraf hidup warga kita,” harapnya.
Potensi lahan pertanian di Sumut juga sangat luas. Untuk itu, Gubernur juga berencana akan memperluas lahan pertanian di daerah ini dengan bekerjasama dengan pemerintah kabupaten. “Mengingat potensi padi kita sangat besar, sehingga surplus padi kita pun akan meningkat dan akhirnya bisa membantu kebutuhan padi di provinsi lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan, dalam masa pandemi Covid-19, ada beberapa strategi pemulihan ekonomi yang dapat dilaksanakan.
“Dengan mempertimbangkan bersaran dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, namun tetap meminimalisir penyebaran Covid-19, maka munculah tiga opsi, yaitu sektor industri pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor industri informasi komunikasi, itu lah industri yang bisa kita dorong di saat ini,” ujarnya.
Pada Rakor TPID Sumut tersebut, Wiwiek juga menjabarkan bahwa ada 11 kabupaten yang menjadi prioritas pengembangan sektor pertanian, yakni Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Labuhanbatu Selatan, Padanglawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Selatan, Samosir, Mandailing Natal dan Nias Selatan.
“Penilaian itu pun dilakukan dengan melihat dari dua aspek yang berbeda, yaitu aspek risiko penularan dengan kriteria jumlah konfirmasi Covid-19, jumlah rumah sakit dan jumlah tenaga kesehatan. Sedangkan dari aspek dampak ekonomi pun dinilai dari beberapa kriteria yaitu kontribusi pekerja sektor pertanian, penghasilan per kapita pekerja pertanian terendah, pangsa tenaga kerja pertanian berusia di bawah 45 tahun,” ujarnya. (*)