JELAJAHNEWS.ID, JAKARTA – Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengungkapkan, selain Filipina, pihak Uni Eropa (UE) juga mengganggu produk ekspor Indonesia.
Bahkan, UE juga melakukan tuntutan ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) atas ekspor bijih nikel yang dilakukan Indonesia.
“Masalahnya bukan karena nikelnya, karena mereka cuma beli nikel dari kita kecil sekali, tidak sampai 2%,” kata Lutfi dalam webinar, baru-baru ini.
Ia pun menjelaskan bahwa yang dipermasalah UE bukan karena biji nikelnya, namun karena Indonesia sudah mengekspor barang jadi bukan barang mentah lagi.
“Mereka ketakutan, kita ini mestinya mengekspor barang mentah. Namun kita sudah berubah menjadi barang industri,” jelasnya.
Ditegaskan, pemerintah akan tetap meladeni tuntutan masalah-masalah seperti ini. Sebab, katanya, hal ini merupakan bagian dari perdagangan.
“Sekarang kita dituntut di Eropa, ya kita ladeni karena memang masalah sengketa itu adalah hal yang biasa. Kita mesti hadapi,” tutupnya.
Sebelumnya, Menko bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa industri di Indonesia akan terus dikembangkan. Hal tersebut dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Banyak negara lain tidak suka Indonesia memiliki industri yang kuat. Apabila ada negara lain yang mempersoalkan, ya kita lawan saja,” ujarnya.
Ia pun mencontohkan seperti dalam pengembangan industri bahan baku logam, dimana ekspor nikel ori dari Indonesia saat ini sudah dihentikan.
“Kami siap menghadapi keluhan negara Uni Eropa (UE) yang telah mengadukan terkait pembatasan ekspor tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pak Presiden Jokowi menyatakan nikel barang kita, kita yang atur ekspor. Jadi kalau dilawan, ya harus menang,” unngkapnya. (okz)