JELAJAHNEWS.ID, JAKARTA – Setelah tertekan selama kurun waktu 2 kuartal berturut-turut di tahun 2020 ini, ekonomi Indonesia kini mulai menemukan titik balik pemulihan ekonomi.
Sebagaimana hal itu diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini. Dikatakannya bahwa, sinyal pemulihan ekonomi yang mulai terlihat pada Q3-2020 patut disyukuri. Menurutnya, hal tersebut merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh Pemerintah. Untuk itu, dirinya pun berharap tren pemulihan tersebut dapat terus berlanjut hingga 2021.
“Akan terus bagus kalau kita jaga terus. Makanya yang disebut pembalikan, turning a round, itu adalah suatu fenomena yang tentu kita syukuri tapi ini tidak berarti masalah selesai,” kata Sri Mulyani.
Lebih jauh Sri Mulyani menjelaskan bahwa titik balik pemulihan ekonomi juga tercermin dari pertumbuhan ekonomi sisi produksi. Sektor kontributor utama yang terdampak pandemi mampu untuk bangkit dan mengalami perbaikan yang positif.
“Tiga sektor yang positif growth even during Covid time, yaitu informasi dan komunikasi yang tumbuh 10%, jasa kesehatan yang bahkan melonjak 15%, tentu saja karena masalah covid adalah bidang kesehatan, dan sektor pertanian yang tumbuh stabil di 2%,” jelasnya.
Masih menurutnya, APBN menjadi instrumen utama untuk segera merespon dampak pandemi, mendukung pemulihan, serta menjaga reformasi ke depan. Pandemi covid-19, katanya, bukan satu-satunya masalah pondasi ekonomi Indonesia.
“Apakah kondisi covid itu satu-satunya masalah? Tidak. Seperti saya sampaikan tadi, bahwa kondisi ekonomi Indonesia, pondasi kita masih menghadapi masalah struktural. Jadi meskipun sekarang sangat sibuk dan terfokus dengan covid dan dampaknya, kita tetap harus melakukan reformasi,” sebutnya.
Sri Mulyani juga menyatakan bahwa APBN tidak seharusnya terus menerus menjadi instrumen yang paling depan dan paling besar untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi.
“Oleh karena itu, APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy-policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga,” ungkap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Lebih jauh ia juga menyampaikan optimisme cita-cita Indonesia menjadi negara maju tahun 2045 meski saat ini ada pandemi covid-19. Menkeu berharap pandemi covid-19 justru akan menjadi akselerator dari reformasi dan perekat gotong-royong.
“Kita perlu untuk terus berfokus kepada hal-hal yang fundamental yaitu yang berhubungan dengan human capital, kesehatan, pendidikan, kemudian skill masyarakat dan juga meningkatkan inovasi dan produktivitas termasuk memperbaiki easy of doing business Indonesia,” pungkasnya. (src)