JELAJAHNEWS.ID, TAPSEL – Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu melayat ke rumah duka, Mantan pejuang lingkungan hidup peraih Piala Kalpataru, Jansen Pasaribu Sang Mantari Bondar yang wafat di usia 89 tahun.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu didampingi istri melayat atas wafatnya Jansen Pasaribu di Desa Haunatas, Kecamatan Marancar, Rabu (3/3/2021)
“Atas nama pribadi dan keluarga, serta masyarakat Tapanuli Selatan umumnya, mengucapkan turut berduka yang sedalam-dalamnya atas kepergian Pejuang Kalpataru untuk selamanya dan bagi keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan,” ujar bupati.
Kepergian Pejuang Kalpataru ini, kata Dolly mengingatkanya terhadap almarhum ayahnya, Panusunan Pasaribu yang meninggal 8 hari setelah bertemu pejuang kalpataru di Desa Haunatas.
“Ketika itu keduanya bertemu tepat berada didepan saya saat penyerahan Piala Kalpataru pada 22 Desember 2020, almarhum ayah sempat bergurau dan berpesan agar tetap sehat-sehat sampai ketemu 12 kelender dan tiap tahun bertemu,” cerita Dolly.
“Tak disangka, sekarang keduanya sosok yang sempat bergurau di depan saya tersebut sama-sama sudah tiada,” kenang Dolly dengan raut wajah yang sedih.
Wafatnya Jansen Pasaribu akibat faktor usia ini pada Selasa, (2/3/2021) dimakamkan di perkuburan Kristiani, di Desa Haunatas, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan pada Sabtu (6/3/2021).
Diketahui, Almarhum Janses Pasaribu populer disapa “Mantari Bondar” bagian kearifan lokal warisan leluhur berabad lamanya dalam menjaga hutan dan sumber air di Kecamatan Marancar khususnya Desa Haunatas, Desa Tanjung Rompa, Desa Bonan Dolok dan Desa Siranap dikenal “Hatabosi”.
Kearifan lokal Mantari Bondar (pengatur pintu air kesawah sawah warga) dan menjaga hutan mulai ketangan Jansen sekitar Tahun 1958 silam dari almarhum ayahnya hingga dianugerahi Kalpataru di 2020 lalu dan dianggap sebagai “Pejuang lingkungan”.
Tugas-tugas Mantari Bondar akan dilanjutkan regenerasinya untuk mengatur pintu-pintu air sebagai sumber kehidupan masyarakat Hatabosi. (Irul Daulay)