KARO – Bupati Karo Terkelin Brahmana, SH, MH meninjau jalan darat penghubung Tiga nderket – Kuta buluh rusak parah akibat diterjang lahar dingin dari gunung Sinabung , Jumat (24/04/2020) siang, di simpang Sukatendel Kecamatan Tiga Nderket Kabupaten Karo.
Peninjauan itu didampingi Kabid Bina Marga Hendra Mitcon Purba, Kabid Bappeda Efanlit Sembiring, Kabid Logistik BPBD Natanael Perangin-angin.
Peninjauan kelapangan ini, untuk mengecek dan memastikan pada hari kamis (23/04/2020) ada info dari Camat tiganderket bahwa terjadi lahar dingin disertai curah hujan yang tinggi yang melanda pemukiman penduduk dan lahan ladang pertanian warga, “kata Terkelin Brahmana disela sela tinjau Sabodam.
Setelah kita lihat dan cek lokasi , betul kondisi ini sangat memprihatinkan, dimana Sabodam yang dibangun, sebagai antisipasi jalur lahar dingin, tidak mampu mengakomodir lahar dingin yang membawa material kayu, batu, pasir dan kerikil.
Akibatnya, lahar dingin meluber ke ladang warga, dan membuka jalur baru diluar Sabodam yang ada, itulah kita tinjau tadi kehulu hingga ke hilir, ternyata fakta kita temukan Sabodam jebol, aliran sungai Bakerah dari gunung Sinabung buka persoalan babak baru, “ucap Terkelin.
Lantaran, sudah ada jalur baru terbentuk, hari ini kita akan kerahkan alat berat excavator, grader dan dumtruk untuk menormalisasikan jalan penghubung Tiga Nderket – Kuta Buluh yang sementara sulit dilalui kendaraan roda empat tanpa double cabin. Selain itu, alat berat ini akan membersihkan material berupa bongkahan batu kecil dan besar, kayu, pasir dan kerikil, guna antisipasi terburuk lahar dingin berikutnya,”terang Terkelin.
Disamping itu, masyarakat tetap waspada, tenang dan jangan khawatir, disaat lahar dingin dan Covid-19 sedang terjadi, agar warga mengutamakan keselamatan dan kesehatan,seusai SOP protokol kesehatan, “pintanya.
Sementara itu, Camat Tiga Nderket Syukur Brahmana menyebut kejadian lahar dingin Gunung Sinabung menerjang wilayah Desa Kutambaru dan Tiga Nderket , dibenarkan terjadi hari Kamis (23/04) 2020 pukul 15.00 WIB sore. Syukur mengaku, sejak kejadian lahar dingin bergejolak, dan saat ini sudah reda, namun berimbas sampai saat ini, jalan darat penghubung Tiga nderket – Kuta buluh , sementara ini fakum (sulit dilalui) kendaraan roda empat. “terangnya.
Kesulitan ini lantaran, lahar dingin tidak masuk areal Sabodam, tetapi jalur melalui perladangan warga dan mengarah ke jalan raya penghubung Desa Tiga Nderket – Kuta buluh.Sementara jalan ini untuk kendaraan tidak double cabin, dialihkan dengan melalui jalan alternatif dari arah Kutabuluh – Tiga Nderket ada persimpangan dua jalur satu belok kiri tembus Kutambaru , sedangkan belok kanan tembus Desa Sukatendel, demikian arus sebaliknya, “beber Camat.
Kepala Desa Sukatendel melalui Sekdes Rahmat Peranginangin mengatakan akibat lahar dingin Gunung Sinabung perladangan warga saat diterjang, diprediksi dan dipastikan gagal panen, sesuai data lahan warga 5,5 Haktare terimbas, isi tanaman bermacam macam,ditaksir ratusan juta petani rugi.Sedangkan untuk pemukiman warga sedang pendataan belum semua terpastikan, hanya ada beberapa rumah warga terimbas akibat lahar dingin, “ujarnya.
Dilokasi Hulu, Agus Surbakti selaku juru pemantau sungai yang ditugaskan BPBD Karo menuturkan, sebelum kejadian lahar dingin menerjang perladangan warga dan pemukiman penduduk, Ia telah menghimbau dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada tanda tanda lahar dingin akan bergejolak dari gunung Sinabung.
Dalam hal ini, dia meminta bagi masyarakat agar berhati hati dan waspada serta mengajak warga untuk menjauhi jalur dari Sabodam, sebab penerawangan bakal terjadi lahar dingin, “ucap Agus sang pemandu sungai.
Menurut Agus, percaya atau tidak, kejadian lahar dingin ini, memiliki historis dan cerita unik selama dirinya ditugaskan memantau aliran sungai Bakerah tersebut. Seingatnya kejadian lahar dingin ini sudah terjadi sebanyak 4 kali bertutur turut disetiap bulan April. Aneh tapi fakta, bila dicermati dan diurut kejadian-nya, tanggal 18 April 2017, pertama kali lahar dingin, kemudian tanggal 19 April 2018,lalu disusul tanggal 21 April 2019 dan terakhir 23 April 2020 pukul 15.00 WIB dengan durasi 2, 5 jam berlangsung,”ungkapnya.
Tentu, fenomena ini tidak masuk akal secara logika, karena kegiatan alam siapapun tidak bisa menafsirkan, untuk itu baik kita jadikan referensi kedepan agar setiap bulan Maret , Pemda Karo dan perangkat Camat bergandengan tangan supaya melakukan normalisasi setiap tahunnya, demi antisipasi terburuk yang sudah ke empat kali ini terjadi, “harapnya.(Jai)