JELAJAHNESW.ID, JAKARTA – Pandemi Corona (COVID-19) meredupkan berbagai aktivitas bisnis di seluruh dunia. Sehingga, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan menjadi tak terelakkan.
Namun saat musim PHK belakangan ini, bisnis logistik malah rajin rekrut karyawan baru. Setidaknya hal ini diterapkan oleh salah satu perusahaan penyedia layanan logistik ternama di Indonesia, J&T Express.
CEO J&T Express, Robin Lo mengungkapkan bahwa perusahaannya bisa sampai merekrut kurang lebih 20% tambahan karyawan maupun kurir baru setiap mengalami peningkatan transaksi selama pandemi ini.
“Jadi untuk menangani peningkatan itu, kita biasanya tambah karyawan, dua bulan sebelumnya kita sudah mulai tambah karyawan. Penambahan kita bisa kurang lebih 20%,” ungkap Robin.
Selama pandemi ini, J&T Express memang mengalami peningkatan hingga 40% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Jadi untuk perkembangan bisnis logistik khususnya J&T di awal-awal ketika akhir bulan Maret itu ada sedikit melamban ya. Tapi setelah itu kalau kita lihat dari bulan April sampai sekarang itu cukup meningkat pesat dibanding tahun lalu. Dan peningkatannya kurang lebih ada 30-40%,” imbuhnya.
Menyikapi peningkatan permintaan pengiriman tersebut, salah satu upaya yang dilakukan J&T Express adalah dengan menambah jumlah karyawan tadi. Namun, selain itu, J&T Express juga punya strategi lainnya agar pengiriman tidak terhambat.
“Jadi ketika misalnya setiap tahun menjelang Idul Fitri atau menjelang natal dan tahun baru itu kan peningkatannya luar biasa. Nah itu kita selalu menyediakan misalnya infrastruktur kita yang lebih baik lagi. Kita mulai tambah mobil. Kalau tempat lebih kecil kita sudah mulai perluas. Nah itu sebenarnya 3 hal penting bagi ekspedisi supaya ketika pengiriman tambah banyak itu kita terjadi yang namanya overload,” terangnya.
Tak hanya agresif di Indonesia, perusahaan penyedia layanan logistik, J&T Express juga agresif melakukan ekspansi ke negara-negara lainnya. Baru-baru ini, tepatnya awal Maret 2020 lalu, perusahaan penyedia layanan logistik, J&T Express telah melakukan ekspansi bisnis ke negara China. Sehingga, total negara yang sudah diduduki J&T Express mencapai 7 negara yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand, Singapura dan China.
Meski begitu, J&T Express belum berpikir akan melakukan penawaran publik atau initial public offering (IPO) di bursa saham Indonesia.
“Sebenarnya di planning kita sendiri belum ada ke arah IPO karena menurut kita ke arah IPO itu tidak gampang ya,” ujar Robin Lo
Alasan lainnya, sambungnya, sebab perusahaan itu ingin fokus melakukan perbaikan pada pelayanannya dan ekspansi ke negara-negara lain terlebih dahulu.
“Sebenarnya J&T itu sekarang itu lebih fokus perbaikan pelayanan dan ekspansi ke negara-negara lain dulu. Jadi kita tidak mau bahwa kita buru-buru IPO, belum mau,” tambahnya.
Padahal, selama pandemi ini, J&T Express menerima peningkatan transaksi yang cukup signifikan di seluruh negara tempat perusahaan ini berada.
“Sebenarnya sama peningkatan transaksinya kalau kita lihat itu kurang lebih sama seperti di Indonesia (melonjak 30-40%),” ungkapnya.
Bahkan, di China total transaksinya bisa mencapai 5 juta paket per hari. “Transaksi di sana itu sekarang itu kurang lebih satu hari di atas 5 juta paket. Di Indonesia kita sekarang sehari itu kurang lebih 1,7 juta paket,” imbuhnya.
Namun, ia bilang, perusahaannya belum puas dengan capaian tersebut. Bahkan, belum mau ekspansi ke negara lain dulu dalam waktu dekat ini sebelum menjadi perusahaan penyedia layanan logistik 2 atau 3 teratas di masing-masing negara tersebut.
“Jadi target kita ketika kita masuk di setiap negara itu kita selalu mau menjadi minimal top 2 atau top 3 daripada logistik atau pengiriman di negara tersebut. Jadi target kita selalu sama kalau suatu saat kita sudah bisa jadi top 2 atau top 3 itu baru kita bakal ekspansi lagi ke negara lain,” ucapnya. (dtc)