JELAJAHNEWS.ID, MEDAN – Sinergi semua pihak dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa menjadi catatan penting, agar masa sulit akibat dampak pandemi covid-19 bisa dilalui bersama demi kesejahteraan masyarakat.
Hal itu disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Sumut Tahun 2020 di Hotel Adimulia, Jalan Pangeran Diponegoro Medan, Kamis (3/12/2020). Edy pun mengapresiasi motivasi Perwakilan BI Sumut bagi upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi covid-19. Sebab, imbauan untuk semua pihak saling bersinergi, sangat penting dijalankan. Sehingga kerja bersama demi kesejahteraan masyarakat bisa dicapai dengan saling bergandengan tangan.
“Bersinergi, artinya kita berkerja sama bergandengan tangan dengan segala keterbatasan kita, batas kemampuan kita masing-masing. Saya ingin keutuhan kita ini jelas, karena covid-19 yang menerpa bangsa kita khususnya Sumut, dampaknya adalah perekonomian,” ujarnya.
Karena itu, kata Edy, fokus utama saat ini selain penanggulangan kesehatan adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat pandemi. Dimana optimisme muncul seiring menurunnya angka terpapar covid-19 yang pada pertengahan tahun 2020 mencapai 260-290 orang perhari menjadi 60-80 per hari.
“Yang saya khawatirkan adalah keresahan masyarakat yang menimbulkan gejolak sosial. Tetapi saya tidak bicara ideologi, karena fokus kita hari ini ke pertumbuhan ekonomi yang pengendaliannya (komando) adalah Bank Indonesia, yang harus kita dukung sesuai tugas kita masing-masing,” sebut mantan Pangkostad itu.
Ia pun berharap semua pihak saling memahami sulitnya kondisi bangsa saat ini. Karena itu penguatan persatuan harus diutamakan, dengan mengenyampingkan ego sektoral. Sebab, kata sinergi memiliki makna dan implikasi terhadap upaya membangkikan perekonomian.
“Kita serahkan kepada ahlinya. Tetapi kita menyambut, membantu, mendorong sesuai porsi kita. Semoga Tuhan memberikan kemudahan untuk kita semua. Tuhan akan memberikan kemudahan ini apabila kita sudah bersinergi, meminta, memohon dan berusaha untuk kesejahteraan rakyat kita semua,” pungkas Edy.
Sementara, Kepala Perwakilan BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat menjelaskan bahwa secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi melambat dari tahun sebelumnya akibat penurunan permintaan konsumsi, seiring turunnya pendapatan masyarakat di masa pandemi covid-19.
“Sementara ketidakpastian ekonomi menyurutkan niat pelaku usaha untuk berinvestasi dan lebih bersikap wait and see. Pelambatan juga terjadi pada investasi pemerintah, dengan relokasi belanja modal ke dana penanganan covid-19.
Disampaikan Wiwiek, dari sektor usaha transportasi, akomodasi dan makan minum, perdagangan mengalami dampak besar dengan penurunan masing-masing 17,87%, 14,54% dan 3,76% dari tahun sebelumnya (yoy). Sementara lemahnya permintaan, menahan sektor industri pengolahan sebesar 1,47% (menurun).
“Laju perekonomian ditopang oleh sektor pertanian. Dengan stabilnya permintaan bahan makanan sabagai kebutuhan pokok (naik 1,12%),” kata Wiwiek.
Adapun pelambatan pertumbuhan ekonomi saat ini, menjadikan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut aktif melaksanakan berbagai program sesuai kerangka 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif.
“Di bidang sistem pembayaran, kami juga terus mendorong perluasan elektronifikasi (sistem non tunai). Perkembangan elektronifikasi transaksi pemerintah dan sektor transportasi terus mengalami kemajuan positif. Mayoritas komponen belanja sudah terelektronifikasi. Sejalan dengan itu, pengendalian kesehatan di masa pandemi semakin baik, diikuti penegakan disiplin protokol kesehatan agar perekonomian bisa kembali bangkit,” jelasnya.
Sebagai rekomendasi dari pertemuan tahunan itu, Wiwiek menegaskan bahwa penanganan covid-19 yang efektif menjadi kunci akselerasi pemulihan ekonomi ke depan. Langkahnya adalah penyediaan vaksin bagi kelompok rentan, sekaligus mempersiapkan sarana kesehatan yang lebih baik.
“Kedua, menjaga proses transisi pemulihan ekonomi seperti sektor prioritas aman dan produktif dengan risiko penularan rendah tetapi memiliki daya dukung potensi ekspor yang tinggi. Sesuai hasil asesmen yang kami lakukan, kami melihat 10 sub sektor yang dapat diprioritaskan pengembangannya di Sumut, antara lain tanaman pangan, perkebunan, peternakan, jasa keuangan dan asuransi, industri makanan dan minuman, konstruksi, perdagangan, hortikultura, kehutanan serta perikanan,” sebut Wiwiek.
Selain itu, lanjutnya, tiga sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan dan perdagangan juga memiliki daya serap tenaga kerja yang sangat besar. Langkah ini yang dinilai dapat membantu menghadapi tantangan di masa pandemi seperti peningkatan kasus covid-19, rendahnya kemandirian fiskal dan rendahnya daya tahan UMKM dikarenakan berbagai sebab.
Untuk itulah pihaknya menekankan langkah sinergi semua pihak untuk saling mendukung ke arah pemulihan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya Sumut yang bermartabat. (IP)