MEDAN – Tari Barongsai menjadi salah satu tarian khas negeri tirai bambu yang kini kian mudah ditemui di berbagai event di tanah air. Berbagai prestasi pun telah diukir dari ajang kompetisi tari Barongsai. Bukan hanya di tanah air, prestasi beberapa perkumpulan Barongsai tanah air bahkan mampu menembus hingga ke mancanegara.
Demikian disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi ketika membuka Festival Barongsai se Sumut serta Pelantikan Pengurus FOBI Sumut 2018-2022 di Hall Persahabatan Sinchew Daily Gedung Mitsu Kampus Hijau STBA PIA Jalan Yos Sudarso Medan, Minggu (15/12). Festival Barongsai ini diikuti sebanyak 12 regu se Sumut. Mereka nantinya akan memperebutkan Piala Mitsu- FOBI Sumut.
Selain Plt Wali Kota, turut hadir dalam acara ini Konsulat Jendral Tiongkok untuk Kota Medan Qiu Wiewie, Ketua DPRD Medan Hasyim SE, Ketua Koni Sumateta Utara John Ismadi Lubis, Sekjen Federasi Olahraga Barangsai Indonesia (FOBI) Sumut Xaverius, Ketua Masyarakat Tionghoa Indonesia Sumut Juswan Tjoe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Sumut Tongariodjo Angkasa, serta seluruh juri, pelatih dan atlet Barongsai.
“Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan di negara yang sangat menjunjung tinggi kebhinekaan ini. Ini juga menjadi bukti bahwa etnis minoritas tidak mengalami tindakan diskriminatif serta memiliki hak dan kewajiban yang sama di bumi pertiwi. Hal ini persis seperti yang dikatakan oleh agnes monica dalam sebuah wawancara dengan media luar negeri,” kata Akhyar.
Lebih lanjut Akhyar mengatakan terselenggaranya acara festival ini menunjukkan bahwa Sumatera Utara merupakan provinsi yang multikultural dan rumah bagi banyak ragam kebudayaan yang berbeda. Apalagi, para pemain barongsai yang turut berpartisipasi di festival ini terdiri dari para pemain yang multietnis. Hal ini secara gamblang menunjukkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan yang menghubungkan antar satu etnis dengan etnis yang lain.
“Dengan adanya jembatan penghubung ini, maka perbedaan bukan lagi menjadi alasan untuk tidak bisa bersatu. Perbedaan malah dipandang sebagai salah satu sumber kekayaan yang mewarnai ragam budaya nusantara. Ibarat pelangi, perbedaan ragam warna-warninya malah menjadikan ia menjadi semakin indah,” ungkap Akhyar.
Diakhir sambutannya Akhyar berpesan kepada seluruh para peserta bahwa kompetisi merupakan hal yang membawa nilai postif dengan menunjukkan kemampuan yang terbaik saat berkompetisi. Selain itu, Akhyar juga mengatakan bahwa kalah menang nanti hal yang wajar tetapi saat menjalankan kompetisi ini jalinlah persahabatan kalian hingga kompetisi ini berakhir dan seterusnya.
“Jagalah persahabatan kalian yang telah terjalin selama kompetisi ini. Jangan hanya persoalan kalah dan menang membuat kalian iri satu dengan yang lainnya, karena kalah dan menang merupakan suatu hal yang biasa didalam kompetisi,” ujar Akhyar.(Red/ril)