MEDAN – Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi mengatakan, Medan menjadi Kota Atlet bukanlah suatu impian maupun utopia. Sebab, ibukota Provinsi Sumatera Utara ini dulunya merupakan gudangnya atlet. Setiap ada event nasional, termasuk Pekan Olahraga Nasional (PON), Kota Medan selalu menempati peringkat lima besar. Namun belakangan ini prestasi atlet dari Kota Medan mengalami degradasi dan penurunan.
Demikian disampaikan Akhyar ketika membuka Musyawarah Olahraga Kota (Musorkot) KONI Kota Medan tahun 2020 di Garuda Plaza Hotel Medan, Sabtu (1/2). Untuk itu melalui Musorkot ini, Akhyar berharap agar kejayaan atlet Kota Medan harus dikembalikan lagi. Diingatkannya, Medan pernah punya spirit dan historis yang gemilang dalam dunia olah raga di Indonesia, seperti era tahun 1960 hingga 1980-an.
Terjadinya degradasi prestasi ini tak pelak membuat Akhyar prihatin. Padahal Kota Medan selama ini dinilainya tidak pernah kekurangan atlet berprestasi. Dia menilai penurunan prestasi itu terkait akibat kurangnya rasa bangga akan atas prestasi yang diraih. “Dulu kita melihat para atlet begitu sangat bangga ketika meraih prestasi. Rasa kebanggan ini saya lihat yang hilang dari dunia olahraga kita saat ini,” kata Akhyar.
Yang membuatnya miris lagi, ketika menghadiri pelatihan sepakbola anak-anak beberapa waktu lalu. Salah seorang anak yang latihan, ungkapnya, sempat mempertanyakan kepadanya apakah ada bonus yang disediakan. Tentunya ini kata Akhyar sangat mengejutkan, sebab anak itu masih belia dan belum berprestasi.
“Tentunya ini menjadi tantangan kita bersama. Kita harus tidak letih mengingatkan kepada seluruh atlet untuk lebih mengutamakan prestasi, sebab ketika prestasi bagus, insya Allah rezeki pasti datang,”ungkapnya.
Di samping itu tambah Akhyar lagi, nilai-nilai keatletan juga harus ditanamkan kembali ke dalam diri seluruh atlet. Artinya, seorang atlet harus bangga menjadi seorang atlet dan mereka memiliki semangat pantang menyerah. Untuk semangat pantang menyerah ini, Akhyar mengaku pernah merasakannya ketika menjadi atlet semasa muda dulu.
“Seorang atlet harus memiliki spirit dan karakter olah raga sangat layak dihayati, terutama semangat pantang menyerah. Sebelum wasit mengatakan pertandingan berakhir, atlet harus terus bertanding. “Spirit dan semangat pantang menyerah ini yang harus ditanamkan kembali. Jika ini dapat dilakukan, Medan menjadi Kota Atlet bukanlah mimpi,” tegasnya.
Meski demikian terang Akhyar, Sumut, termasuk Kota Medan selama ini tidak pernah kekurangan akan atlet berprestasi berkat pembinaan yang terus dilakukan. Diharapkannya, pembinaan terus ditingkatkan lagi, sehingga atlet berprestasi terus lahir, sehingga dapat mengharumkan nama Kota Medan di tingkat nasional maupun internasional.
Dihadapan Ketua KONI Sumut Jhon Ismadi Lubis, Kadis Pariwisata Kota Medan Agus Suriono, Sekretaris Dispora Azzam Nasution, Ketua KONI Kecamatan beserta jajaran serta seluruh pengurus cabang olahraga, Akhyar mengakui, fasilitas olahraga di Kota Medan masih kurang memadai. Untuk itu fasilitas olahraga yang ada saat ini akan dimaksimalkan fungsinya.
Sebagai contoh ungkap Akhyar, Stadion Teladan dan Kebun Bunga yang dimiliki saat ini akan dimaksimalkan penggunaannya sehingga tidak hanya untuk tempat bermain sepakbola saja tetapi juga cabang olahraga (cabor) lainnya. Dengan demikian cabor lainnya memiliki tempat untuk berlatih sekaligus meningkatkan kemampuan. Guna mewujudkan hal itu, Akhyar akan mengundang segenap pemangku kepentingan untuk berdiskusi sehingga fasilitas yang ada bisa dimaksimalkan, guna mendukung peningkatan latihan para atlet.(Red/ril)